Penyebabnya adalah kesalahpahaman dalam berlalu lintas, di mana mobil pemuka agama sebetulnya tidak terlibat senggolan dengan mobil yang digunakan si bule.
Nah, yang baru-baru ini terjadi dan viral di media sosial adalah seorang bule asal Amerika Serikat yang kedapatan menyetir angkot, padahal SIM yang dipunyainya tak sesuai.
Bagaimana si bule kok bisa menyetir angkot tidak diberitakan media, tapi yang jelas bule tersebut akhirnya dideportasi.
Semakin banyaknya turis asing yang membuat ulah, tentu tak bisa didiamkan begitu saja. Kebijakan pemerintah dalam menggenjot kedatangan wisatawaan mancanegara perlu dievaluasi.
Memang, setelah pandemi tidak lagi menjadi ancaman yang menakutkan, dunia pariwisata di mana-mana kembali menggeliat.
Bali tetap menjadi magnet bagi banyak turis asing, sehingga meskipun belum seramai sebelum pandemi, Bali telihat "hidup" lagi.
Apalagi, pemerintah mempunya kebijakan bebas visa bagi pendatang dari sejumlah negara asing. Tentu hal ini jadi daya tarik tersendiri.
Namun, kebijakan yang sangat mempermudah wisatawan asing tersebut ternyata ada dampak negatifnya.
Bahwa devisa yang ingin dijaring, tentu akan mengalir bila yang datang adalah turis yang berkantong tebal dan royal berbelanja.
Tapi, bila bule-bule kere yang meramaikan destinasi wisata di negara kita, bisa-bisa bukan devisa yang diraih.
Malah tak sedikit turis asing yang menyalahgunakan visa turis dengan mencari nafkah di Indonesia, meskipun visanya sudah kedaluwarsa.