Setelah cukup lama diisukan akan bergabung ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP), akhirnya Sandiaga Uno betul-betul memilih berlabuh di partai berlambang Ka'bah itu.
Sandi yang berletar belakang pengusaha, memang sudah relatif lama terjun ke dunia politik. Meskipun secara hitung-hitungan, Sandi banyak menghabiskan dana buat aktivitas politiknya.
Artinya, jika Sandi bermotifkan mencari penghasilan, jelas bukan dunia politik yang jadi jawaban. Tentu, mengembangkan bisnisnya di berbagai bidang akan lebih menjanjikan.
Jadi, bisa dikatakan bahwa Sandi punya semacam idealisme yang diperjuangkan demi kemajuan Indonesia.
Hasil berpolitik Sandi juga terhitung lumayan. Berpasangan dengan Anies Baswedan, Sandi pernah menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 lalu.
Hanya saja, Sandi "seumur jagung" mendampingi Anies, karena akhirnya memilih menjadi cawapres dari Prabowo Subianto pada Pilpres 2019.
Sayangnya, pasangan Prabowo-Sandi yang sama-sama berasal dari Partai Gerindra itu, takluk dari pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Namun demikian, Sandi akhirnya mengikuti jejak mentor politiknya, Prabowo. Maksudnya, sama-sama menjadi menteri di Kabinet Indonesia Maju di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.
Prabowo menduduki kursi Menteri Pertahanan dan Sandiaga diberi amanah menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Nah, sekiranya Sandi ditunjuk jadi menteri karena kader Gerindra, maka tentu ada masalah dengan kepindahannya ke PPP.
Logikanya, menteri asal Gerindra berkurang dan menteri asal PPP bertambah di kabinet. Akankah posisi menteri yang sekarang diisi Sandiaga akan diganti dengan kader Gerindra lainnya?
Tentu, hal itu sangat tergantung pada keputusan Presiden Joko Widodo sebagai pemegang hak prerogatif dalam memilih para menteri.
Tapi, tampaknya hingga sekarang tak ada isu penggantian menteri gara-gara kepindahan Sandiaga dari Gerindra ke PPP.
Bahwa isu reshuffle kabinet sudah lama berhembus, konteksnya diduga untuk mencopot menteri asal Partai Nasdem, setelah Nasdem memutuskan mengusung Anies Baswedan untuk Pilpres 2024.
Bahkan, ada juga pendapat bahwa Sandi dipilih jadi menteri dari jalur profesional, bukan karena wakil partai tertentu.
Okelah, tak usah dipermasalahkan dulu apakah posisi Sandi sebagai menteri akan diganti atau tidak.
Sekarang, lebih menarik untuk membahas kira-kira kenapa Sandi memilih masuk PPP? Asal tahu saja, PPP tak termasuk partai papan atas.
Bagi PPP sendiri tentu tak usah diragukan lagi, pasti untung besar berhasil menggaet Sandi. Tapi, bagi Sandi apa untungnya?
Versi beberapa pengamat, karena PPP bergerak cepat mendukung Ganjar Pranowo, peluang menduetkan Ganjar-Sandi terbuka lebar.
Seperti diketahui, PDIP telah resmi mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai kadernya yang diberi tugas sebagai capres.Â
Konon sudah ada 10 nama yang masuk daftar bakal cawapres Ganjar. Jika Sandi yang dipilih, Ganjar kehilangan kesempatan menggandeng Erick Thohir.
Padahal, Erick juga calon yang sangat potensial dan sepertinya dijagokan oleh Presiden Joko Widodo. Bisa jadi Erick beralih bakal jadi cawapresnya Prabowo.
Masalahnya, kalau Ganjar tak jadi memilih Sandi, lalu apa yang diharapkan Sandi dari PPP.Â
Mungkinkah Sandi jadi Ketua Umum PPP? Kalau tetap di Gerindra, agaknya sulit jadi ketua umum selagi masih ada Prabowo.
Atau, Sandi memang tidak punya kalkulasi khusus dengan hijrah ke PPP, selain merasa ada kecocokan idealisme semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H