Itulah yang terjadi pada periode kedua SBY dengan memilih bukan orang parpol, yakni Boediono.
Juga demikian dengan Jokowi, baru pada periode kedua menggandeng sosok yang diluar dugaan banyak orang, Ma'ruf Amin.
Ada bagusnya mengambil tokoh non parpol, yakni bebas dari keirihatian parpol lain yang kadernya tidak dipasangkan.
Tapi, ada jeleknya, bila parpol-parpol lain merasa tak dianggap, sehingga tidak mau atau setengah hati berkoalisi dengan PDIP.
Meskipun PDIP bisa mengusung capres-cawapres sendiri, akan lebih prospektif jika didukung oleh beberapa partai lain.
Sekarang tinggal dilihat saja, apakah Nasruddin Umar diterima dengan baik oleh parpol yang diincar PDIP untuk berkoalisi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI