Saat itu koordinasi antar pemain belum terlihat padu. Gol-gol yang dicetak terjadi pada injury time dan lebih karena skill individu.
Bahkan, pelatih Indra Sjafri secara jujur mengatakan bahwa ia belum menetapkan starting eleven yang ideal. Artinya, di laga awal masih coba-coba.
Mungkin sebagian pengamat menilai pernyataan Indra tersebut aneh. Kok dalam turnamen resmi, pemain inti masih dibongkar pasang.
Namun, bukan bermaksud membela Indra Sjafri, selama masa training center (TC) atau pusat pelatihan, para pemain yang dipanggil tidak pernah berkumpul semuanya.
Hal itu karena Indra memahami bahwa pemain yang bagus masih diperlukan tenaganya di klub, karena Liga 1 masih bergulir.
Justru, pemain yang berkumpul adalah pemain Liga 2 dan pemain Liga 1 yang memang belum dipercaya pelatih klub untuk turun dalam pertandingan.
Tak heran, para pemain yang berkumpul di pusat pelatihan sejak awal, malah banyak yang dicoret ketika pemain yang rutin tampil di klub sudah bergabung.
Perlu dicatat, 20 pemain yang dibawa ke Kamboja, mayoritas adalah pemain yang bergabung di pusat pelatihan pada hari-hari terakhir.
Bahkan, Marselino Ferdinan dan Pratama Arhan, dua pemain yang merumput masing-masing di Belgia dan Jepang, baru berlatih bersama rekan-rekannya saat di Kamboja.
Dan seperti yang dibuktikannya, kelas Marselino dan Arhan memang berbeda. Perannya tak tergantikan, kecuali di laga terakhir babak grup lawan Kamboja yang tak lagi menentukan.
Tapi, pemain yang jam terbangnya di Liga 1 pun cukup tinggi, juga oke punya. Beberapa di antaranya juga tak tergantikan, seperti Rizky Ridho dan Alfeandra Dewangga.