Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Makin Spesifik Kemampuan Anda, Makin Besar Peluang Sukses

6 Mei 2023   07:11 Diperbarui: 6 Mei 2023   07:54 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pendatang baru di Jakarta|dok. Shutterstock/Wulandari Wulandari, dimuat Kompas.com

Hingga saya tamat kuliah S-1 di sebuah PTN di Sumatera, saya sama sekali tidak terpikirkan untuk merantau dan menjadi warga DKI Jakarta.

Sebagai sarjana ekonomi jurusan akuntansi yang di era 1980-an masih terbilang langka, saya langsung diminta menjadi dosen di almamater saya.

Ketika itu, lulusan S-1 sudah bisa jadi dosen sambil mempersiapkan mengikuti program pascasarjana.

Jadi, yang saya bayangkan, kehidupan yang akan saya jalani adalah adalah menjadi PNS di sebuah ibu kota provinsi. Bukan bekerja seperti dikejar waktu di Jakarta yang selalu macet lalu lintasnya.

Tapi, begitulah, karena SK PNS tak bisa langsung keluar, harus menunggu sekitar 1 tahun, iseng-iseng saya mengajukan permohonan kerja berdasarkan iklan di Harian Kompas.

Setelah melewati beberapa tahapan seleksi, saya diterima di sebuah BUMN yang bergerak di bidang keuangan.

Karena sejak awal saya ditempatkan di kantor pusat, maka resmilah saya menjadi warga ibu kota, yang kebablasan hingga sekarang.

Akhirnya, karena saya sudah terbiasa dengan kemacetan Jakarta, saya bisa menerima kondisi seperti ini. 

Justru, kalau sesekali saya pulang kampung, setelah melewati satu minggu, saya mulai rindu dan menyanyikan lagu Koes Plus: "ke Jakarta aku kan kembali".

Sementara, teman-teman saya di perusahaan yang sama, namun penugasannya hanya dari satu daerah ke daerah lain, begitu dimutasi ke Jakarta, merasa sangat tidak betah.

Dari yang saya amati secara sekilas terhadap famili dan teman-teman saya, yang seperti saya (ke Jakarta karena mendapat pekerjaan) tidaklah sebanyak mereka yang ke Jakarta untuk mencari kerja.

Namanya juga mencari kerja, ada semacam unsur nasib-nasiban. Sehingga, ada teman saya yang berhasil mendapatkan perkerjaan dan menjadi warga Jakarta.

Namun, tak sedikit pula yang menyerah, akhirnya mendapat pekerjaan di daerah lain, seperti Surabaya, Bali, Batam, Pekanbaru, Balikpapan, dan sebagainya.

Menurut saya, pendatang wajib punya keterampilan atau kemampuan di suatu bidang. Tidak bisa sekadar nekat saja.

Kemampuan tersebut bisa berupa ketrampilan atau keahlian, apapun itu jenisnya. Hal ini akan memudahkan untuk mendapatkan pekerjaan.

Saya membedakan ketrampilan dan keahlian. Ketrampilan lebih diartikan untuk pekerjaan yang bersifat teknis dan biasanya untuk lulusan sekolah menengah atau program diploma.

Sedangkan keahlian, lebih diartikan untuk pekerjaan yang lebih banyak menggunakan pemikiran, seperti yang dilakukan staf di perusahaan menengah ke atas dan kantor pemerintah. 

Pertama, kita lihat dulu soal ketrampilan. Semakin spesifik ketrampilannya, semakin besar peluang sukses.

Umpamanya, ketrampilan mengemudi kendaraan roda dua dan punya motor sendiri, bisa dimanfaatkan untuk ngojek. Tapi, di Jakarta sudah terlalu banyak saingannya.

Demikian juga untuk pengemudi taksi biasa dan taksi online, sudah banyak saingan. Kemampuan mengemudi kendaraan khusus untuk proyek tertentu, agaknya langka dan bisa jadi modal.

Demikian pula tukang batu, ini ibaratnya semua orang bisa, asal sehat. Namun, tukang yang spesifik, akan lebih besar peluangnya, seperti tukang las, tukang servis jet pump, dan ahli instalasi listrik.

Kedua, kita bahas tentang keahlian. Sekarang ini sudah terlalu banyak sarjana. Sehingga, sarjana yang dibutuhkan adalah yang juga punya soft skill.

Jadi, mereka yang pintar berorganisasi, punya jaringan pertemanan, mampu melakukan presentasi yang memikat orang lain, akan lebih banyak peluangnya.

Tapi, sarjana di bidang yang spesifik, seperti programmer, aktuaria, analis media sosial, dan sebagainya, masih cukup besar peluangnya.

Ketiga, jenis pekerjaan kreatif yang merupakan gabungan ketrampilan dan keahlian, ini perlu latihan terus menerus hingga diakui kemampuannya oleh pihak lain.

Misalnya, untuk jadi content creator, tak bisa tidak, harus dimulai saja dulu dengan teknik learning by doing. Untuk ini, tidak perlu harus hijrah ke Jakarta.

Bahkan, jadi artis pun bisa dimulai dari daerah, meskipun nantinya kalau sudah terkenal biasanya akan pindah ke Jakarta.

Sejumlah grup band terkenal banyak yang berawal dari daerah, seperti Padi (Surabaya), Sheila on 7 (Yogyakarta), Geisha (Pekanbaru), Armada (Palembang), dan sebagainya.

Keempat, ini merupakan kelompok yang memang kecil peluangnya, yakni yang belum punya ketrampilan dan juga tak punya keahlian.

Biasanya, yang tak punya ketrampilan ini dibawa oleh perantau yang mudik saat lebaran. Saat kembali ke Jakarta, ada yang membawa anggota baru.

Meskipun demikian, jika mereka tahan banting dan tidak memilih-milih pekerjaan (asal halal), harapan sukses tetap ada.

Tidak usah gengsi menjadi pekerja rumah tangga. Tapi, itupun harus dilatih dulu oleh yayasan penyalur atau oleh majikannya.

Jika yang membawanya ke Jakarta seorang pelaku usaha yang membuka warteg, si pendatang baru harus membantu di warteg tersebut, hingga nanti mampu membuka warteg sendiri.

Peluang pendatang baru tanpa ketrampilan itu akan terbantu bila punya kemampuan yang sifatnya mendasar (berlaku di semua bidang), seperti kemampuan berkomunikasi dan beradaptasi.

Demikian saja tulisan sederhana ini, semoga bermanfaat bagi mereka yang sekarang masih berburu pekerjaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun