Pengetahuan dan karakter itu menjadi modal dasar bagi siapapun dalam menjalani kehidupannya hingga hari tua.
Bahkan, para pakar menyepakati bahwa melalui pendidikan, lingkaran kemiskinan yang tak berujung pangkal, bisa diputus.
Mari kita sepakati, bahwa berharap pada pemerintah semata agar anak putus sekolah bisa dikembalikan ke sekolah, tidaklah cukup.
Masyarakat pun, umpamanya melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM), atau sebagai gerakan informal, perlu berkontribusi demi menurunkan jumlah anak putus sekolah.
Nah, di bawah ini merupakan saran yang kiranya bisa menjadi langkah awal bagaimana anggota masyarakat biasa bisa berperan aktif.
Alhamdulillah, para penulis dan pembaca di Kompasiana, termasuk di antaranya yang bergabung di Komunitas Penulis Berbalas (KPB), banyak sekali yang berprofesi sebagai pendidik.
Tentu, dengan dibantu rekan-rekan guru tersebut, akan lebih gampang mendata murid atau pelajar yang berasal dari kalangan bawah, yang putus sekolah atau berpotensi putus sekolah.
Kalau tidak salah, pendidik yang aktif menulis di Kompasiana tersebar di berbagai penjuru tanah air, dari Aceh hingga Papua, dari Sulawesi Utara hingga Nusa Tenggara Timur.
Para pendidik diharapkan mampu mendekati orang tua yang anaknya putus sekolah atau yang terancam putus sekolah.
Bahkan, anggota Kompasiana yang bukan guru pun, bisa pula melihat di lingkungan terdekatnya, apakah ada anak putus sekolah.
Betul, hanya memberikan pemahaman saja kepada orang tua tersebut, tidaklah cukup. Jujur saja, mereka tentu lebih membutuhkan bantuan berupa uang.