Program wajib belajar yang dicanangkan pemerintah ternyata belum sepenuhnya berhasil, karena jumlah anak putus sekolah masih terbilang banyak.
Tanpa mengutip data statistik pun, kita bisa melihat langsung, betapa banyak anak-anak yang pada jam sekolah, justru berkeliaran di jalanan.
Ada yang sekadar bermain, tapi tak sedikit yang terpaksa mencari uang, seperti menjadi pedangang asongan, penyemir sepatu, pengamen, dan sebagainya.
Dapat dibayangkan, karena memperoleh pendidikan yang baik bisa disebut sebagai cerminan masa depan seorang anak, maka masa depan anak putus sekolah mungkin akan suram.
Ada banyak alasan kenapa seorang anak akhirnya putus sekolah, tapi yang terbanyak jelas karena alasan ekonomi.
Sekolah gratis tak berarti tak ada biaya yang harus dikeluarkan. Apalagi, bila orang tuanya punya penghasilan yang pas-pasan, maka pendidikan anak tidak jadi prioritas.
Padahal, dengan putus sekolah akan semakin sulit untuk memutus lingkaran kemiskinan. Orang tua mewariskan kemiskinan ke anaknya, begitu juga nanti anaknya ke generasi selanjutnya.
Memang, soal rezeki adalah rahasia Allah. Bisa saja anak putus sekolah tergugah untuk belajar secara otodidak, dan kelak jadi orang yang sukses.
Begitu pula mereka yang dapat pendidikan yang baik, katakanlah menjadi seorang sarjana, belum tentu akan berhasil dalam meniti kariernya di masa depan.
Namun demikian, secara umum, pendidikan sangat besar peranannya agar seorang anak punya ilmu pengetahuan yang luas, sekaligus punya karakter yang baik.