Jelajah kuliner nusantara idealnya dilakukan betul-betul dengan menjelajah, dalam arti melakukan perjalanan ke berbagai penjuru tanah air kita tercinta ini.
Soalnya, jika bisa berburu kuliner secara langsung ke daerah yang menjadi asal mula terciptanya suatu jenis makanan, tentu bisa sekaligus memperoleh ilmu yang berharga.
Misalnya, rendang sudah diakui sebagai makanan paling lezat di seluruh dunia. Ya, ini bukan salah ketik, rendang betul-betul diakui kelezatannya secara internasional.
Seperti diketahui, rendang berasal dari Sumatera Barat. Nenek moyang orang Minang sudah meninggalkan warisan berharga, berupa jenis makanan rendang, yang sekarang sukses mendunia.
Nah, jika orang luar Sumbar bisa datang langsung ke beberapa sentra produksi rendang, tentu bisa sekaligus mempelajari tata cara pembuatannya.
Tidak hanya itu, sejarah dan filosofi rendang pun bisa diketahui, bagi yang berminant. Hal ini bisa ditanyakan pada ibu-ibu pembuat rendang di Lampasi yang dijuluki sebagai "Kampung Rendang".
Lampasi merupakan sebuah nagari yang terletak di Kota Payakumbuh, Sumbar. Rendang dari berbagai produsen di sini sudah menyebar ke mancanegara karena bisa diawetkan.
Dalam rangka mempromosikan rendang, Lampasi mengklaim sebagai "kampung rendang", dan menjadi branding-nya.
Ternyata, rendang yang ada di Sumbar tidak hanya rendang daging sapi seperti yang dijual di berbagai rumah makan di banyak kota.

Sebetulnya, paling tidak ada 30 varian rendang yang lazim di Sumbar. Sekadar menyebut beberapa di antaranya adalah rendang telur, rendang singkong, rendang nangka, dan rendang kacang merah.
Kita baru membicarakan satu jenis makanan saja, yakni rendang. Padahal, makanan khas Sumbar yang tak kalah enaknya, banyak sekali.
Lalu, jika kita perluas lagi, Sumbar hanya satu dari 38 provinsi yang ada di Indonesia. Jadi, kalau temanya jelajah kuliner nusantara, bisa butuh ribuan lembar untuk menuliskannya.
Masakan Aceh hingga Papua itu sangat beragam. Masalahnya, tentu membutuhkan biaya yang mahal serta waktu yang lama, untuk menjelajahinya satu per satu.
Memang, jika bisa menjelajahi, banyak keuntungan yang didapat dan biaya yang dikeluarkan tak akan sia-sia.
Bukankah si penjelajah bisa sekaligus menikmati keindahan setiap daerah? Destinasi wisata di negara kita tak hanya Bali dan Yogyakarta.
Boleh dikatakan, semua daerah di Indonesia itu sangat memikat, hanya saja ada yang belum dipromosikan, sehingga kurang dikenal.
Baiklah, anggap saja kita untuk saat ini belum berkesempatan untuk melakukan wisata kuliner.
Maka, sebagai jalan pintas, ada baiknya pada setiap pelaksanaan halalbihalal, panitia yang terlibat sengaja menyajikan aneka kuliner asli Indonesia.
Diharapakan, generasi muda yang ikut halalbihalal akan kesengsem dan ketagihan menyantap kuliner nusantara.
Kenapa tulisan ini menekankan pada generasi muda? Karena untuk generasi tua, tak diragukan lagi, kecintaannya pada kuliner nusantara sudah teruji.
Tapi untuk anak muda, terutama yang tinggal di perkotaan, sungguh berat mengkampanyekan makanan nusantara kepada mereka.
Begitu banyaknya kuliner asal luar negeri yang masuk Indonesia, terutama asal Jepang, Korea, dan Amerika Serikat, telah membentuk selera yang berbeda antara generasi muda dan tua.
Kita bukan anti makanan asing, karena tak mungkin juga dibendung. Tentu, asal saja perhatian terhadap makanan lokal tidak terpinggirkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI