Usai sudah perayaan lebaran pada tahun ini. Ini kalau kita berasumsi, secara formal, perayaan lebaran hanya berlangsung dua hari saja.
Namun demikian, di beberapa tempat, yang namanya lebaran bisa berlangsung hingga seminggu, atau bahkan lebih lama lagi.
Tapi, secara umum, dan juga didukung oleh keputusan pemerintah terkait dengan cuti bersama, perayaan Idul Fitri berlangsung selama 3-4 hari saja.
Dengan demikian, bagi 123 juta orang pemudik (ini rekor baru jumlah pemudik lebaran), tentu saat ini banyak di antara mereka yang sedang mempersiapkan keberangkatan kembali ke perantauan.
Soalnya, mulai Rabu (26/4/2023) orang kantoran sudah harus kembali aktif bekerja, kecuali pegawai yang mendapat cuti tambahan.Â
Namun, apakah mereka bisa langsung "on fire" dalam bekerja? Mungkin banyak yang masih butuh masa 2-3 hari untuk "adaptasi" lagi.
Masalahnya, ada beberapa penyakit setelah lebaran yang biasanya menimpa banyak orang. Apa saja penyakit tersebut?
Pertama, penyakit yang terasa secara fisik. Ini mungkin yang paling banyak pengidapnya. Bukan penyakit menular, tapi karena kesamaan pola makan saja.
Makan berulang-ulang dalam setiap kesempatan bersilaturahmi, artinya mereka makan dalam porsi yang lebih banyak ketimbang di hari-hari biasa.
Makanan yang dimakan pun menjadi faktor yang memicu munculnya penyakit, seperti makanan yang manis-manis, yang banyak mengandung santan, banyak daging, dan sebagainya.
Apalagi, di saat suasana lebaran, kesempatan untuk berolahraga agak sulit didapatkan, karena waktu habis untuk bersilaturahmi dan jalan-jalan.
Maka, jangan heran bila muncul keluhan seseorang terkait saluran pencernaan, gula darah naik, asam urat naik, tekanan darah naik, kolesterol naik, dan sebagainya.
Kedua, penyakit mental. Yang dimaksud di sini lebih kepada faktor mental dalam rangka bekerja seperti pada hari-hari biasa.
Nah, setelah libur lebaran sekitar seminggu, semangat bekerja ternyata belum langsung timbul.Â
Seperti yang telah ditulis di atas, semangat untuk bekerja secara produktif tidak bisa langsung on fire, setelah libur lebaran usai. Justru yang terjadi malah kembali melanjutkan acara silaturahmi lebaran, misalnya dengan melakukan halal bihalal.
Ada instansi atau perusahaan yang secara resmi mengadakan halal bihalal, yang diikuti segenap komponen di perusahaan tersebut. Namun, ada pula beberapa karyawan yang secara informal melakukan halal bihalal tipis-tipis dalam grup-grup kecil.
Bila ada karyawan yang langsung mendapat penugasan yang serius dari atasannya, mungkin akan merasa ogah-ogahan alias ngedumel.
Barangkali baru pada Senin depan (1/5/2023), suasana di banyak kantor baru kembali normal dan pekerjaan akan berjalan dengan lancar.
Ketiga, penyakit spiritual. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan tuntunan agama, baik yang bersifat ibadah maupun muamalah (hubungan sesama manusia).
Sebulan rajin beribadah tak serta merta membentuk kebiasaan baru dengan konsisten beribadah setelah Ramadan usai.
Justru, tak sedikit orang yang merasa "bebas" dalam arti kembali malas beribadah, atau kembali bergosip ria sesama teman satu geng.
Nah, yang beginian bisa membutuhkan waktu yang sangat lama untuk sembuh, bisa-bisa menunggu puasa tahun depan.
Begitulah, semoga kita waspada dan terhindar dari ketiga penyakit di atas. Jika pun terkena, segera sadar dan mencari solusinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H