Adakah orang yang seperti itu? Ya, rasa-rasanya sih ada saja. Bukankah di media sosial gampang ditemukan orang yang mengklaim sebagai pemilik kebenaran?
Orang tersebut gampang menyalahkan orang lain. Sehingga, terjadilah adu saling mengaku benar sesuai versi masing-masing.
Bahkan, jika kita baca di media massa, ada saja orang di masa modern ini yang mengaku sebagai nabi, meskipun akhirnya diamankan oleh pihak berwajib.
Tapi, sekadar berandai-andai saja, katakanlah kita sekarang ini memang beruntung menjadi bayi yang baru lahir.
Maka, kehidupan baru dimulai dari  0 (nol) lagi. Lalu, mampukah kita secara konsisten menjaga kesucian tersebut hingga waktu yang sangat lama?
Tidak hanya ibadah (hubungan dengan Allah) yang harus konsisten kita lakukan, namun juga seperti telah disinggung di atas, bagaimana dengan aspek muamalah alias kesalehan secara soaial.
Berbicara tentang hubungan sesama manusia, faktor akhlak atau budi pekerti menjadi hal yang sangat penting.
Masih terjadinya banyak peristiwa kekerasan, peristiwa kriminal, termasuk perangai pejabat yang korup, semuanya berkaitan dengan akhlak yang sangat merosot.
Tidak cukup itu saja, selain soal ibadah dan akhlak, perlu pula dilengkapi dengan bagaimana kita menjaga hubungan dengan alam semesta.Â
Jangan sampai kita rajin beribadah, saleh secara sosial, namun tanpa sengaja perilaku kita ternyata berkontribusi pada memburuknya kualitas lingkungan hidup.
Kesimpulannya, kalau pun sekarang kita berada di titik nol kilometer, agar berada tetap di jalan yang lurus (istikamah), membutuhkan usaha yang tidak ringan.