Di sebelah kantor bupati, terdapat berbagai kantor lain. Di seberang kantor bupati, terdapat pasar dan deretan toko-toko.
Tapi, setelah 1 kilometer dari pusat kota, kondisinya sudah seperti pedesaan, banyak sawah dan kolam ikan (disebut "tabek" dalam bahasa lokal).
Pada tahun 1970, Payakumbuh mendapat status kotamadya, sehingga terpisah dari Kabupaten 50 Kota. Namun, tidak berarti pembangunan langsung berjalan pesat.
Baru sejak tahun 2000, saya yang setiap kali pulang ke kampung halaman, mulai terkaget-kaget. Makanya, menurut saya, Payakumbuh bukan lagi kota kecil.
Tersirat rasa bangga saya dengan perkembangan kota. Suasana kota betul-betul terasa hingga radius 5-7 kilometer dari pusat kota.
Tak ada lagi sawah dan kolam. Cabang dari jalan utama, bahkan ranting jalan, semua sudah diaspal dan ada papan nama jalan yang jelas.Â
Padahal, dulu cuma jalan tanah yang dikeraskan, dan di pinggir jalan lebih banyak kolam ikan dan sawah ketimbang bangunan.
Payakumbuh kotaku tercinta.
Di balik kebanggaan tersebut, saya menyimpan sejumlah kekhawatiran. Saya tidak menemukan lagi jejak teman-teman masa kecil saya.
Konon, mereka "terusir" dari kampung halamannya sendiri, setelah para pemodal membeli tanah mereka. Maka, sawah dan kolam ikan berganti bangunan bergaya masa kini.