Tradisi mudik di negara kita sudah berlangsung sejak dahulu kala. Hal ini berkaitan dengan tradisi merantau yang sangat kuat pada beberapa suku atau etnis.
Orang Minang, Batak, Jawa, Madura, Bugis (sekadar menyebut beberapa contoh saja), terkenal dengan budaya merantaunya.
Dalam perkembangannya kemudian, boleh dikatakan di negara kita terjadi arus urbanisasi yang demikian pesat.
Akibatnya, jumlah penduduk di kota besar bertambah tidak hanya dari kelahiran bayi, tapi terutama karena banyaknya pendatang dari daerah yang mencari nafkah.
Meskipun demikian, para perantau tidak kehilangan kontak dengan tanah kelahirannya. Paling tidak, setiap lebaran banyak di antara perantau yang merayakannya di kampung halaman.
Nah, arus yang ramai dari tanah perantauan ke daerah asal, itulah yang disebut dengan mudik. Orang Minang menyebutnya dengan "pulang basamo".
Dalam istilah yang sering ditulis media massa, ada arus mudik saat menjelang lebaran, dan arus balik beberapa hari setelah lebaran.
Untuk bisa mudik, tentu masing-masing pemudik mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, terutama untuk ongkos transportasi.
Belum lagi oleh-oleh yang akan dibagikan kepada sanak saudara di kampung, juga tak ketinggalan bagi-bagi angpao di hari lebaran.
Nah, ada cara yang lebih hemat, sekaligus juga lebih aman dan nyaman dalam perjalanan mudik. Oleh karena itu, peminatnya sangat banyak.
Ya, cara dimaksud adalah khusus bagi mereka yang beruntung, yang bisa ikut program mudik gratis yang diselenggarakan oleh pihak-pihak tertentu.
Program mudik gratis tersebut sebetulnya juga sudah menjadi tradisi sejak belasan tahun lalu, terutama untuk rute dari Jakarta ke berbagai kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Hanya saja, selama pandemi sejak tahun 2020 lalu, seiring dengan program pembatasan sosial, kegiatan mudik gratis jadi terhenti.
Sekarang, setelah pandemi relatif terkendali, mulai banyak lagi perusahaan atau instansi pemerintah tertentu yang menyediakan bus-bus gratis bagi para pemudik.
Ambil contoh, sebuah BUMN yang bergerak di bidang perbankan. Pada kegiatan mudik gratis kali ini, bank dimaksud menyediakan 54 bus dengan target peserta 2.700 orang pemudik.
Diperkirakan, banyak nasabah bank tersebut yang kebanyakan adalah pelaku usaha mikro, menjadi perserta mudik gratis.
Jika dihitung-hitung, selain sebagai wujud tanggung jawab sosial, mudik gratis bisa pula menjadi semacam tanda terima kasih bank itu kepada nasabah setianya.
Dulu, produsen jamu terkenal konsisten melaksanakan mudik gratis bagi para pengecer jamu yang diproduksinya.
Pernah pula perusahaan media cetak yang menggratiskan perjalanan mudik bagi para loper koran.
Jadi, ada semacam keuntungan juga bagi perusahaan sponsor mudik gratis, yakni mampu mengikat pelanggannya untuk tidak pindah ke perusahaan pesing.
Sedangkan bagi pemudik, tidak terbantahkan keuntungannya. Bayangkan jika berburu transportasi sendiri, sudah mahal, belum tentu kebagian tiket.
Dengan mudik gratis, adakalanya para peserta mudik juga dapat paket hadiah dari sponsor. Sedangkan perjalanannya, bisa dijamin aman dan nyaman.
Jelaslah, betapa pentingnya arti pelanggan yang setia bagi kelangsungan usaha sebuah perusahaan.
Ada pula mudik gratis yang bukan dari perusahaan tertentu, tapi dari inisiatif instansi pemerintah, seperti dari Kementerian Perhubungan.
Program mudik gratis diharapkan mampu mengurangi para pemudik yang memilih mudik menggunakan motor.Â
Perlu diketahui, mudik pakai motor sangat tidak disarankan, mengingat potensi risikonya juga sangat besar.
Selamat mudik bagi mereka yang berencana mudik. Semoga lancar dalam perjalanan pulang pergi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H