Bulan puasa adalah bulan yang sangat istimewa. Banyak orang berlomba-lomba melakukan kebaikan, karena pahalanya jauh lebih besar ketimbang di luar bulan puasa.
Yang dimaksud berbuat kebaikan di sini tidak hanya dalam kaitannya dengan ibadah, tapi juga dalam kaitannya dengan hubungan sesama manusia.
Orang yang punya kemampaun lebih, dengan senang hati akan menyisihkan sebagian rezekinya untuk beramal.
Selain berbagi dengan anak yatim dan warga yang kurang mampu, banyak pula yang memberikan infak untuk pembangunan masjid atau untuk program lain yang dikelola oleh masjid.
Sekarang, berkat kemajuan teknologi, sebagian masjid mulai menerima sumbangan dalam bentuk non tunai.
Tentu, cara konvensional seperti melalui kotak amal, masih digunakan. Soalnya, tak semua jemaah yang familiar dengan transaksi digital
Metode tercanggih adalah menggunkan mekanisme QRIS, di mana jemaah dengan ponselnya cukup men-scan QR Qode pada stiker atau papan informasi yang ada di suatu masjid.
Dengan catatan, sebelumnya jemaah yang menyumbang tersebut sudah mempunyai dana dalam kartu debit, kartu kredit, atau dalam bentuk uang elektronik yang sudah diakui Bank Indonesia.Â
Sayangnya, baru-baru ini di sebuah masjid di Jakarta Selatan, terpantau adanya penipuan dengan modus pemalsuan QRIS.
Jika sekiranya ada jemaah yang menyumbang dengan men-scan QRIS palsu itu, maka dana untuk masjid berbelok menjadi sumbangan untuk pribadi si penipu.
Untunglah, tersangka pelaku penipuan sudah diamankan pihak kepolisian dan tentu akan segera diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
Ngomong-ngomong tentang pencurian di masjid, memang sudah sering terjadi sejak dahulu dan menyebar di berbagai daerah.
Barang pribadi milik jemaah yang dicuri mulai dari sandal atau sepatu, hingga motor atau mobil yang digondol maling saat di parkiran.
Pencurian kotak amal juga semakin sering terjadi ketika masjid lagi sepi karena bukan jam salat berjamaah.
Meskipun kebanyakan pencuri kotak amal itu terpantau dari CCTV yang dipasang oleh pengurus masjid, tetap saja tidak membuat ciut nyali para pencuri.
Pemalsuan QRIS yang disinggung pada awal tulisan ini juga cepat terungkap berkat terpantau dari CCTV.
Ada lagi dugaan modus lain dengan mengatasnamakan pengumpulan dana untuk pembangunan atau pemeliharaan masjid.
Di Jakarta, sering ditemui orang yang datang dari rumah ke rumah menyodorkan surat rencana pembangunan masjid, untuk meminta sumbangan.
Setelah diteliti, surat tersebut menjelaskan lokasi masjid yang sangat jauh dari Jakarta. Suratnya sudah kumal dan meragukan, serta sulit untuk diverifikasi.
Maka, sekiranya dana yang dikumpulkan itu dipakai untuk keperluan konsumsi dan transportasi si pemungut, sebaiknya diikhlaskan saja.
Jelaslah, ada berbagai modus yang digunakan dengan tujuan membobol kas masjid yang sebetulnya diniatkan sebagai amal bagi donaturnya.
Berbagai modus itu berkembang sejalan dengan tingkat intelektualitas pelakunya. Pelaku pemalsu QRIS yang diungkap oleh polisi punya sederet gelar akademis.
Sangat keliru jika kita mengira semua orang yang berpendidikan tinggi, pasti juga punya integritas yang baik.
Dalam hal ini, akhlak si pemalsu QRIS ya sama saja dengan si pencuri kotak amal, sama-sama bermental maling.
Tak bisa lain, baik pengurus masjid maupun para jemaah, perlu semakin waspada dalam menjaga aset masjid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H