Tentu, akan terdapat pula pengeluaran yang tak terduga, sehingga tanpa terasa uang yang dipunyai tiba-tiba menipis.
Sebetulnya, berwisata di saat lebaran belum tentu nyaman. Misalnya, tak gampang memesan hotel yang diinginkan. Kalaupun dapat hotel, tarifnya lebih mahal padahal kondisi hotel kurang bagus.
Harga makanan di restoran pun jadi mahal, namun tetap diantre banyak orang. Â Adakalanya, pelayanan dari pihak restoran tak lagi memenuhi standar.
Begitulah kondisi saat berlebaran. Uang yang keluar tak sebanding dengan kenikmatan yang diperoleh konsumen.
Maka, kalau boleh menyarankan, kita jangan memaksakan diri untuk berlebihan merayakan lebaran. Ingat, kebutuhan di hari setelah lebaran juga harus dipenuhi.
Jangan sampai seseorang habis-habisan dalam berlebaran, karena merasa toh nantinya uang akan datang lagi, terutama bagi mereka yang jadi orang gajian.
Bagi-bagi angpao dan membawa oleh-oleh memang perlu, tapi harus disesuaikan dengan kemampuan. Buat apa menerima pujian sebagai orang sukses, tapi setelah itu kantong jadi kempes.
Mungkin bagi mereka yang menerima THR dari kantor tempatnya bekerja, merasa sah-sah saja menghabiskan THR tersebut.
Tapi, justru di situ masalahnya. Mereka yang penghasilannya tergolong sedang-sedang saja, bisa menyesal kalau salah kalkulasi.
Bukankah para financial planner (perencana keuangan) sudah memberikan tips, bahwa sisihkan sebagian THR untuk dana darurat atau untuk tabungan.
Adapun bagi mereka yang memang sudah terbiasa hidup dengan pas-pasan, jelas sudah terbiasa pula berlebaran dengan cara sangat sederhana.