Apa yang dilakukan banyak orang pada hari-hari terakhir di bulan puasa? Disadari atau tidak, biasanya para jemaah di suatu masjid akan terbelah dalam 2 kelompok.
Kelompok pertama adalah kelompok yang mulai melalaikan ibadahnya karena kesibukan menghadapi lebaran, termasuk bagi yang melakukan perjalanan mudik.
Jangan heran, kelompok ini meskipun terlambat datang ke masjid, namun malah meninggalkan masjid lebih cepat.
Bahkan, sesekali ada di antara mereka yang tidak nongol di masjid, mungkin memilih salat sendirian di rumah atau di tempat lain.
Jelas sekali, godaan untuk merayakan lebaran tak mampu ditepis oleh kelompok pertama ini, sehingga mereka tak merasa sayang mengorbankan ibadah Ramadan.
Kelompok kedua adalah mereka yang semakin tenggelam dalam berbagai ritual ibadah, karena sadar bahwa bulan Ramadan akan segera berlalu.
Mereka sangat sedih, rasanya belum lama "bermesraan dengan Ramadan", sekarang Ramadannya terlihat berkemas-kemas mau pamit.
Kelompok kedua ini termasuk jemaah yang melakukan itikaf, yakni ibadah yang dilakukan dengan berdiam diri dalam masjid, termasuk tidur dan makan di malam hari.
Sepertinya mereka tak ingin kehilangan satu detik pun dalam memanfaatkan beribadah di bulan yang mulia ini. Bila sudah sangat mengantuk, baru mereka tidur barang sejenak.
Jelaslah, kelompok kedua merupakan hal ideal yang seharusnya banyak orang tertarik mengikutinya.
Tapi, kenyataannya, tarikan duniawi untuk mempersiapkan lebaran, sangat kuat godaannya. Sehingga, lazimnya pengikut kelompok pertama jauh lebih banyak.
Maka, tak usah kaget, jika pada 10 hari terakhir bulan puasa, semua masjid boleh dikatakan semakin maju.
Maksud semakin maju di sini, adalah semakin maju jemaahnya. Di awal puasa banyak yang salat di saf belakang karena masjid penuh.
Sekarang, semua jemaah bisa maju ke depan, karena saf yang terisi cuma baris pertama dan kedua saja.
Namun, jangan mengira kelompok kedua yang tak mempan godaan berlebaran itu, tak dapat ujian godaan dalam bentuk lain.Â
Inilah godaan yang sering tidak disadari oleh orang yang rajin beribadah, yakni kebanggaan tersembunyi akan ibadah mereka.
Begitu seseorang bercerita kepada orang lain bahwa ia lagi beri'tikaf, sambil terbersit perasaan bangga itu tadi, maka bisa terjerumus dalam perbuatan riya.
Apalagi, bila ada kesengajaan untuk memposting foto-foto sedang beribadah di akun media sosialnya. Tak masalah sebenarnya jika niatnya bersih untuk berdakwah.
Namun, bila dalam hatinya ada perasaan bahwa dirinya lebih alim dan sudah terjamin masuk surga, inilah yang berbahaya.
Jadi, perlu berhati-hati sekali, karena beda antara ingin berdakwah dan ingin membanggakan diri, sangat tipis. Hanya hati kecil si pelaku yang tahu.
Jelaslah, masing-masing kelompok jemaah punya godaan yang berbeda. Mereka yang rajin beribadah pun tak lepas dari godaan.
Sebagai penutup, bagi Anda yang sibuk mempersiapkan lebaran, termasuk yang dalam perjalanan mudik, semoga tidak melewatkan kesempatan untuk beribadah.
Sedangkan bagi Anda yang tekun beribadah seperti beri'tikaf, selamat mengisi hari-hari terakhir di bulan Ramadan dengan berbagai amalan.
Yang pasti, beberapa hari lagi bulan suci tahun ini akan pergi, meskipun kita semua berat melepaskannya.
Semoga di tahun depan, kita semua bertemu kembali dengan bulan yang penuh berkah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H