Perilaku orang memang berbeda-beda. Ada yang demikian gampang berutang pada famili atau sahabatnya, tapi giliran ditagih, ogah membayar utang.
Di lain pihak, orang yang berutang itu tidak sadar memamerkan barang apa saja yang telah dibelinya untuk berlebaran di akun media sosialnya.
Celakanya, orang yang meminjamkan sering mengintip akun media sosial orang yang meminjam uang. Ya, anggap saja sebagai salah satu cara memata-matai.
Tentu, betapa kecewanya pihak yang meminjamkan. Kebaikannya telah disalahgunakan temannya sendiri yang dulu mengiba-iba memohon dipinjamkan uang.
Tapi, begitu sudah sampai pada tanggal pengembalian yang sudah diperjanjikan, si pengutang pura-pura lupa saja.
Mau tak mau terpaksa diingatkan dan sekaligus ditagih. Namun, ternyata tidak gampang menagih utang, termasuk pada teman sendiri.
Soalnya, jawabannya si teman ini enak saja bahwa ia belum punya uang, seperti tanpa rasa bersalah sama sekali.
Padahal, bila si teman itu ternyata berbohong di bulan puasa, maka pahala puasanya tidak akan diperolehnya.
Artinya, ia berpuasa sekadar capek-capek menahan haus dan lapar saja. Tapi, dalam berinteraksi dengan sesama manusia, masih melakukan hal yang tidak baik seperti berdusta itu tadi.
Coba, apa namanya kalau ia tak berbohong, dari mana ia punya uang untuk berbelanja keperluan lebaran?Â