Namun metode "adu domba" juga ada kelemahannya, yakni jadi kurang ramah pada para perantau yang tidak punya dana cukup.
Mungkin ada perantau yang sengaja tidak datang ke masjid di lingkungan yang saling mengenal antar jemaah dan pengurus, karena lagi tidak punya uang.
Kelemahan lain, menurut saya keikhlasan para penyumbang agaknya sedikit tercemar, karena terselip rasa bangga saat namanya beserta besar sumbangannya disebutkan Ustaz.
Di beberapa masjid di Jakarta yang pernah saya datangi di bulan puasa, kegiatan pengumpulan dana berlangsung secara sederhana saja.
Seperti di masjid dekat rumah saya, dana dikumpulkan hanya dengan menjalankan kotak amal dari jemaah ke jemaah lain saat setelah salat Isya sambil menunggu ceramah sebelum tarawih.
Tapi, kembali ke gaya mencari dana di Sumbar, sebetulnya sejak maraknya media sosial, semakin gampang membujuk perantau beramal.
Bahkan, tanpa pulang kampung pun, perantau banyak yang dapat pesan di grup media sosial dan tergerak untuk mentransfer sumbangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H