Jelaslah betapa bergairah dan sibuknya para pedagang di bulan puasa. Masalahnya, paling tidak ada dua godaan yang menjadi dilema bagi para pedagang di bulan puasa.Â
Pertama, tergoda untuk melalaikan ibadah karena banyaknya pelanggan yang datang. Mereka yang tergoda akhirnya salat tidak lagi tepat waktu, tak ada waktu untuk mengaji, dan sebagainya.
Padahal, mereka juga tahu bahwa justru pada bulan suci ini pula kesempatan emas buat mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya.
Bayangkan, jika setiap malam seseorang konsisten beribadah, maka sangat besar kemungkinan mendapatkan malam Lailatul Qadar, yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.
Sebaiknya, agar tidak menjadi dilematis, tugaskan salah seorang anggota keluarga, atau cari orang lain yang dipercaya untuk berbagi giliran dalam berdagang dan beribadah.
Kedua, pedagang yang keceplosan berbohong demi merayu calon pembeli. Yang namanya keceplosan, jelas bukan hal yang terencana, tapi spontan mengalir begitu saja.
Tujuannya, apa lagi kalau bukan untuk meyakinkan calon pembeli. Banyak pelanggan yang terlihat ragu dan butuh penjelasan yang meyakinkan dari penjual.
Betapa sering pedagang yang mengatakan bahwa ia sudah menjual sangat murah, karena hanya sebagai penglaris biar pecah telur.
Lalu, ketika ditawar oleh calon pembeli, si pedagang menjawab lagi kira-kira seperti ini: "rugi dong saya, itu kan baru harga pokoknya saja."
"Ini barang sangat bagus mutunya, tahan untuk dipakai bertahun-tahun," kata si pedagang lebih lanjut.
Semua kalimat di atas, jika betul-betul jujur, tentu tidak masalah. Namun, jika mengandung unsur kebohongan, puasa si pedagang akan sia-sia, hanya menahan haus dan lapar saja.