Mencari tukang di Jakarta untuk memperbaiki bagian tertentu di sebuah rumah, termasuk tukang instalasi air dan listrik, ternyata gampang-gampang susah.
Apalagi, bila yang diinginkan adalah tukang yang memenuhi kriteria tertentu, misalnya sudah berpengalaman dengan tingkat kemampuan di atas rata-rata.
Padahal, di pihak lain banyak tukang yang sebetulnya lagi kosong, dalam arti sedang menunggu order dari pengguna jasanya.
Untunglah, sekarang sudah ada aplikasi untuk mencari tukang. Kita bisa melihat rating-nya berdasarkan penilaian pengguna jasa mereka sebelumnya.
Bisa pula kita membuka website tertentu yang memberikan nama dan nomor kontak tukang-tukang yang bisa dihubungi.
Tukang-tukang yang terdaftar di sebuah aplikasi biasanya masih relatif muda, tapi sudah lumayan berpengalaman.Â
Mereka juga melek teknologi, sehingga gampang berkomunikasi, baik secara online maupun saat bertemu langsung.
Nah, pengalaman saya sendiri, baru-baru ini mencoba untuk pertama kali memesan tukang instalasi air rumah via aplikasi.
Kebetulan, beberapa kran air di rumah saya tak mampu mengalirkan air secara normal, melainkan hanya seperti tetesan air saja.
Memang, soal aliran air merupakan hal yang penting dan karena itu perlu dicek kondisinya secara periodik, katakanlah sekali 6 bulan.
Tapi, saya termasuk orang yang lalai. Baru ketika ada masalah, saya memanggil tukang. Hanya saja, tukang yang saya kenal sekarang usianya sudah cukup tua dan hasil kerjanya kurang rapi.
Atas usul anak saya, kenapa tidak mencari tukang melalui aplikasi saja. Saya pikir, boleh juga, kenapa tidak.
Maka tukang yang dikontak anak saya pun datang ke rumah untuk mengecek apa yang harus dikerjakannya dan memastikan apakah jasanya akan dipakai atau batal.
Namun, kalaupun jasanya tidak dipakai, tetap ada ongkos pengecekan yang sudah tercantum sebagai persyaratan dalam aplikasi tersebut.
Adapun soal biaya jasanya, sudah tercantum jelas dan tak bisa lagi dinegosiasi. Pembayaran upahnya bukan per hari, juga bukan borongan.
Cara menghitung upahnya adalah per item pekerjaan. Misalnya, untuk membersihkan kran air agar alirannya lancar, ada tarifnya.
Untuk memasang kran baru dengan mengorek kran lama yang patah di bagian yang menancap di dinding tembok, ada pula tarif tersendiri.
Kemudian, menguras air di toren (tong besar penampung air di bagian paling tinggi di sebuah rumah), ada lagi tarifnya.
Saya hitung-hitung untuk pekerjaan selama 5 jam, dengan total 3 item, upah servisnya hampir Rp 1,5 juta. Itu belum termasuk pembelian material yang diperlukan.
Menurut saya, meskipun mutu pekerjaannya terbilang bagus, tapi upahnya itu yang "minta ampun", mahal banget.Â
Tentu, mahal atau tidaknya bersifat relatif. Saya menyebut mahal, karena tukang-tukang yang didapat tanpa aplikasi, masih bisa dibayar  sekitar Rp 300.000 untuk satu hari.
Perlu diketahui, konsumen juga bisa deal dengan tukang yang didapat dari aplikasi, tapi pakai harga nego. Caranya, order via aplikasi tidak dilanjutkan atau dibatalkan dulu.
Lalu, kita ajak si tukang tersebut nego secara lisan atau chatting secara japri atas nama pribadinya (tanpa aplikasi).
Hanya saja, karena kita sudah tahu harga di aplikasi, nego secara pribadi ini tetap saja mahal, yakni  sedikit di bawah tarif aplikasi.
Demikian sedikit berbagi pengalaman saya, semoga bermanfaat. Namun demikian, aplikasi penyedia jasa tukang ini relatif banyak.
Jadi, pengalaman saya tak bisa jadi patokan, karena kemungkinan ada aplikasi lain yang tarifnya lebih murah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H