Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kuat Menahan Haus? Haus Kasih Sayang Butuh Pelarian

31 Maret 2023   04:15 Diperbarui: 31 Maret 2023   04:38 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menahan haus dan lapar saat puasa, mungkin hanya berat pada puasa hari pertama. Setelah itu, rasanya tidak terlalu sulit lagi, karena mulai terbiasa.

Tapi, bisa pula pada hari-hari tertentu, karena melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan dan di tengah panas terik, akan terasa haus yang amat sangat.

Namun demikian, haus akan seteguk air, sudah jelas solusinya, yakni minum. Bahwa kalau lagi berpuasa, waktu minum harus menunggu waktu berbuka, itu juga solusi yang jelas.

Nah, bagaimana dengan haus dalam bentuk lain? Tulisan ini lebih terfokus pada problem yang diduga menghinggapi banyak anak-anak dan remaja di negara kita sekarang ini.

Problem dimaksud adalah soal kenakalan remaja yang kemungkinan sebagai pelarian dari mereka yang haus akan kasih sayang orang tua.

Ngeri-ngeri sedap jika kita rajin menyimak berita kriminal yang terjadi di berbagai penjuru di tanah air.

Ternyata, banyak sekali pelaku kejahatan yang masih berusia anak-anak dan remaja, katakanlah yang usianya masih di bawah 20 tahun.

Mereka sepertinya haus kasih sayang. Pelariannya bisa saja kepada aksi kriminal, padahal sebenarnya sebagai sinyal untuk mencari perhatian.

Sebagai contoh, ada 2 remaja di Makassar yang membunuh seorang bocah berusia 11 tahun, tujuannya untuk menjual organ tubuh korban (Detik.com, 12/1/2023).

Contoh berikutnya, 3 remaja di Pinrang (Sulsel) ditangkap usai memperkosa gadis berinisial RM berusia 13 tahun, seperti ditulis Detik.com (2/3/2023).

Ada lagi contoh dari Brebes (Jateng), seorang remaja berusia 16 tahun melakukan tindakan bejat. Ia tega memperkosa balita perempuan berusia 4 tahun (Kompas.com, 15/6/2022).

Kalau semua kasus yang dilakukan remaja dalam masa setahun terkhir ini dituliskan di sini, akan panjang sekali daftarnya.

Tapi, contoh di atas sudah cukup untuk menggambarkan bahwa kita berada dalam masa darurat soal kenakalan remaja.

Bahkan, ada juga pendapat bahwa contoh di atas bukan kenakalan lagi, tapi sudah lebih tinggi tingkatannya, yakni tindak kejahatan.

Jika ditelusuri, ada beberapa kemungkinan yang diduga menjadi penyebab, kenapa sekarang ini begitu tingginya tingkat kenakalan atau kejahatan remaja.

Satu di antara berbagai kemungkinan itu berkaitan dengan perhatian orang tua atau lingkungan terdekat yang belum seperti yang seharusnya.

Terlepas dari beberapa contoh di atas, secara umum bisa dikatakan bahwa anak-anak yang kurang mendapat perhatian atau kasih sayang, akan membawa dampak yang tidak diharapkan.

Dampak tersebut bisa membuat si anak sangat pasif, atau bisa juga sebaliknya, menjadi anak yang agresif atau beringas.

Paling tidak, ada beberapa tipe rumah tangga yang membuat anak-anaknya berpotensi menjadi anak bermasalah.

Pertama, dari anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang broken home. Bisa juga di rumah tangga tersebut terjadi peristiwa KDRT yang terlihat oleh anaknya.

Kedua, dari anak-anak  yang tumbuh dalam keluarga kalangan bawah yang kedua orang tuanya sibuk membanting tulang untuk mencari makan.

Apalagi, bila lingkungan mereka memang lingkungan yang keras, seakan mengajari mereka bagaimana caranya menjadi pelaku kejahatan.

Ketiga, kalangan menengah ke atas yang justru berkelimpahan harta. Orang tuanya yang sibuk berkerja memberikan kompensasi berupa barang mewah untuk anaknya.

Tapi, yang dibutuhkan anak-anak sebetulnya bukan barang mewah dan kemanjaan yang bersifat materi yang cenderung tidak mendidik itu.

Perhatian dan komunikasi langsung dengan anak malah jauh lebih penting. Mengetahui siapa saja teman-teman si anak dan bagaimana budi pekertinya, perlu sering dipantau. 

Tentu masih segar dalam ingatan kita tentang kasus Mario.  Ya, anak mantan pejabat pajak yang gemar pamer kekayaan itu lagi diproses secara hukum.

Mario terlibat menjadi pelaku penganiayaan yang boleh dibilang sadis terhadap seorang remaja. Secara materi, kurang apa dia? Namun, kasih sayang yang intens mungkin belum didapatnya.

Jadi, menahan haus bisa saja tak masalah bagi seorang anak, tapi tidak begitu dengan haus kasih sayang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun