Ada lagi contoh dari Brebes (Jateng), seorang remaja berusia 16 tahun melakukan tindakan bejat. Ia tega memperkosa balita perempuan berusia 4 tahun (Kompas.com, 15/6/2022).
Kalau semua kasus yang dilakukan remaja dalam masa setahun terkhir ini dituliskan di sini, akan panjang sekali daftarnya.
Tapi, contoh di atas sudah cukup untuk menggambarkan bahwa kita berada dalam masa darurat soal kenakalan remaja.
Bahkan, ada juga pendapat bahwa contoh di atas bukan kenakalan lagi, tapi sudah lebih tinggi tingkatannya, yakni tindak kejahatan.
Jika ditelusuri, ada beberapa kemungkinan yang diduga menjadi penyebab, kenapa sekarang ini begitu tingginya tingkat kenakalan atau kejahatan remaja.
Satu di antara berbagai kemungkinan itu berkaitan dengan perhatian orang tua atau lingkungan terdekat yang belum seperti yang seharusnya.
Terlepas dari beberapa contoh di atas, secara umum bisa dikatakan bahwa anak-anak yang kurang mendapat perhatian atau kasih sayang, akan membawa dampak yang tidak diharapkan.
Dampak tersebut bisa membuat si anak sangat pasif, atau bisa juga sebaliknya, menjadi anak yang agresif atau beringas.
Paling tidak, ada beberapa tipe rumah tangga yang membuat anak-anaknya berpotensi menjadi anak bermasalah.
Pertama, dari anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang broken home. Bisa juga di rumah tangga tersebut terjadi peristiwa KDRT yang terlihat oleh anaknya.
Kedua, dari anak-anak  yang tumbuh dalam keluarga kalangan bawah yang kedua orang tuanya sibuk membanting tulang untuk mencari makan.