Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Sumbar Tolak Kehadiran Dua Minimarket Paling Top Nasional

16 Mei 2023   05:30 Diperbarui: 16 Mei 2023   05:33 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi minimarket di Padang|dok. Kompas/Yola Sastra

Berbicara tentang tempat berbelanja barang kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa eksistensi pasar tradisional dan kios-kios di pinggir jalan, semakin menciut pelanggannya.

Betapa tidak, sejak belasan tahun lalu, pasar swalayan mini (minimarket) sudah hadir merambah ke segenap penjuru, termasuk di kota-kota kecamatan.

Kalau di kota besar, boleh dikatakan di setiap sudut ada minimarket. Bahkan, pada lokasi yang berdekatan, tak jarang ada 2 atau 3 minimarket yang saling bersaing.

Masyarakat merasa dimanjakan dengan adanya swalayan. Pasar tradisional yang dulu menjadi tempat belanja terlengkap, sekarang terlihat kurang menarik.

Alasannya, pasar tradisional sering becek dan baunya kurang sedap. Lagipula, sistem harganya pakai tawar menawar, sehingga membuat sebagian orang jadi malas. 

Tentu, lebih nyaman berbelanja di swalayan dengan pendingin udara. Barangnya lengkap, kualitas lebih terjamin, dan harga relatif murah tanpa tawar menawar.

Konsumen dipersilakan memilih barang sendiri sambil berjalan di lorong minimarket, pakai kereta dorong tempat barang atau pakai keranjang.

Dengan sistem franchise (waralaba), minimarket yang namanya sudah terkenal di kota-kota besar, sudah banyak ditemui di kota-kota kecil di luar Jawa.

Tanpa perlu ditulis namanya, rasanya banyak orang pasti tahu, ada 2 nama yang jadi raksasa minimarket secara nasional, yang satu berwarna biru, satu lagi merah.

Kedua nama di atas tak jarang hadir di lokasi yang berdekatan, sehingga persaingan keduanya lumayan ketat. Namun, keduanya sama-sama berkembang pesat.

Ke kota mana pun kita berkunjung, bisa dikatakan ada kedua minimarket tersebut, kecuali di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).

Hal itu bukan berarti daerah Sumbar tidak menarik atau secara bisnis belum layak dibuka minimarket.

Tak adanya dua nama penguasa bisnis ritel modern itu di Sumbar, karena pemerintah setempat tidak memberi izin kepada dua waralaba terkenal itu.

Alasan pelarangan oleh Pemprov Sumbar tersebut, agar tidak mematikan bisnis kecil seperti pedagang toko kelontong atau pedagang di pasar tradisional di Sumbar.

Namun, menyadari bahwa masyarakat memang membutuhkan kehadiran pasar swalayan, pemerintah setempat mempersilakan pengusaha lokal untuk mendirikannya.

Apalagi, banyak wisatawan domestik dari luar Sumbar yang lebih suka berbelanja di minimarket ketimbang di pasar tradisional.

Maka, kehadiran uasaha ritel modern lokal pun sekarang makin banyak dan tersebar di berbagai penjuru Ranah Minang. 

Tidak saja di Kota Padang sebagai kota terbesar di Sumbar, minimarket lokal juga berjaya di kota-kota kecil kelas kecamatan.

Pelaku UMKM setempat diberi kesempatan menjual produknya di ritel modern tersebut, sehingga ada simbiosis mutualisme antara UMKM dan ritel lokal.

Namun demikian, ada standar tertentu yang harus dipenuhi pelaku UMKM lokal agar produknya diterima minimarket setempat.

Untungnya, dinas yang menangani koperasi dan UMKM di Sumbar aktif melakukan pembinaan dan pendampingan, sehingga produk UMKM bisa memenuhi standar dan dikemas secara baik.

Konsumen, baik warga setempat maupun warga daerah lain yang lagi di Sumbar, tentu juga senang karena bisa berbelanja dengan nyaman.

Aciak Mart, Budiman Swalayan, dan Minang Mart merupakan contoh ritel lokal yang sukses karena punya banyak cabang di berbagai kota di Sumbar.

Di satu sisi, keberhasilan minimarket lokal pantas diapresiasi seperti yang terlihat di Sumbar. 

Di sisi lain, pedagang kelontong dan pasar tradisional semakin sulit bersaing, ini mungkin sudah kehendak zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun