Berbicara tentang tempat berbelanja barang kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa eksistensi pasar tradisional dan kios-kios di pinggir jalan, semakin menciut pelanggannya.
Betapa tidak, sejak belasan tahun lalu, pasar swalayan mini (minimarket) sudah hadir merambah ke segenap penjuru, termasuk di kota-kota kecamatan.
Kalau di kota besar, boleh dikatakan di setiap sudut ada minimarket. Bahkan, pada lokasi yang berdekatan, tak jarang ada 2 atau 3 minimarket yang saling bersaing.
Masyarakat merasa dimanjakan dengan adanya swalayan. Pasar tradisional yang dulu menjadi tempat belanja terlengkap, sekarang terlihat kurang menarik.
Alasannya, pasar tradisional sering becek dan baunya kurang sedap. Lagipula, sistem harganya pakai tawar menawar, sehingga membuat sebagian orang jadi malas.Â
Tentu, lebih nyaman berbelanja di swalayan dengan pendingin udara. Barangnya lengkap, kualitas lebih terjamin, dan harga relatif murah tanpa tawar menawar.
Konsumen dipersilakan memilih barang sendiri sambil berjalan di lorong minimarket, pakai kereta dorong tempat barang atau pakai keranjang.
Dengan sistem franchise (waralaba), minimarket yang namanya sudah terkenal di kota-kota besar, sudah banyak ditemui di kota-kota kecil di luar Jawa.
Tanpa perlu ditulis namanya, rasanya banyak orang pasti tahu, ada 2 nama yang jadi raksasa minimarket secara nasional, yang satu berwarna biru, satu lagi merah.
Kedua nama di atas tak jarang hadir di lokasi yang berdekatan, sehingga persaingan keduanya lumayan ketat. Namun, keduanya sama-sama berkembang pesat.