Pertama, mereka yang sudah menyatu dengan gaya hidup sederhana. Gaya ini tidak banyak berubah meskipun sudah jadi orang kaya.
Bahkan, mereka jadi lebih gampang memberikan dana bagi komunitas lamanya yang masih tetap menderita. Artinya, mereka ingin kerabat dan sahabat lamanya juga terangkat derajatnya.
Mereka jauh dari gaya pamer harta. Justru, jika memaksakan diri memakai pakaian dan barang-barang bermerek, mereka merasa tidak nyaman.Â
Kedua, mereka yang terkesan balas dendam atas kehidupan yang pahit di masa lalu. Pamer kemewahan menjadi gaya kesehariannya.Â
Ironisnya, mereka ingin menghapus sejarah masa lalunya, dan membuat skenario baru tentang asal usulnya yang seolah-olah sudah kaya dari dulu.
Omongannya sering bernuansa kelas tinggi, yang oleh orang lain dinilai sebagai gaya yang sombong.
Ketiga, mereka yang bisa bergaul ke kelompok masyarakat kelas atas sekaligus bisa ke kelompok masyarakat kelas bawah.
Hal itu karena mereka memang familiar dengan cara hidup kelas bawah, namun juga mampu beradaptasi dengan cara hidup kelas atas.
Perubahan gaya hidup mereka berlangsung secara bertahap, sehingga akomodatif terhadap golongan sosial manapun.
Mereka tidak sombong dan tidak membanggakan hartanya, karena sadar nilai seseorang bukan terletak dari hartanya.
Harta bukanlah tujuan, namun sarana untuk bisa memberikan manfaat kepada orang lain.