Wacana menduetkan Ganjar dan Prabowo dalam Pilpres 2024 mendatang ramai dibicarakan media massa, setelah foto Presiden Jokowi satu frame dengan Ganjar dan Prabowo beredar.
Foto tersebut diambil pada acara kunjungan Presiden meninjau panen raya padi di Desa Lajer, Kabupaten Kebumen, Kamis (9/3/2023) lalu.
Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Pertahanan Prabowo dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Wajar saja jika muncul dugaan masyarakat bahwa Presiden Jokowi seperti "mempromosikan" duet Ganjar-Prabowo atau Prabowo-Ganjar.
Bukankah Presiden sudah pernah menyampaikan pujian kepada Prabowo dan juga kepada Ganjar yang dikaitkan dengan kontestasi Pilpres 2024?
Bahkan, sejumlah pengamat berpendapat bahwa Presiden Jokowi telah memberikan indikasi meng-endorse kedua sosok di atas.Â
Tapi, justru di sini masalahnya, meng-endorse dua orang bakal capres itu membingungkan. Sesungguhnya beliau lebih pro Prabowo atau pro Ganjar?
Maka, dengan menduetkan keduanya sebagai capres-cawapres, masalah kebingungan di atas bisa langsung terpecahkan.Â
Lagipula, keduanya merupakan sosok yang elektabilitasnya tertinggi menurut hasil survei sejumlah lembaga yang sudah berpengalaman melakukan survei elektabilitas.
Dengan menduetkan dua sosok itu, terserah siapa yang capres dan siapa yang jadi cawapres, rasanya akan jadi "duet maut" yang akan dengan gampang merobohkan saingannya.
Tapi, tunggu dulu, apa betul terserah saja siapa yang diplot sebagai RI-1 dan RI-2? Sepertinya tak bisa segampang itu.
Harus dikaji dulu, mana yang lebih realistis, maksudnya yang kemungkinan terwujudnya lebih besar, mengusung Ganjar-Prabowo atau Prabowo-Ganjar?
Jika dilihat dari hasil survei, karena Ganjar menempati posisi puncak (versi Litbang Kompas, Maret 2023), tentu wajar bila Ganjar yang jadi capres.
Apalagi, bila Ganjar menjadi capres yang diusung oleh partai tempatnya bernaung, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
PDIP adalah partai terbesar di negara kita saat ini  dan punya kursi paling banyak di DPR RI.
Namun, apakah Prabowo mau menjadi cawapres. Apakah beliau tidak merasa turun derajat?
Bukankah Prabowo lebih senior, sudah berkali-kali ikut pilpres sebelumnya. Bahkan, sejak 2009 beliau sudah menjadi cawapres mendampingi Megawati yang jadi capres.
Bahwa Partai Gerindra kalah besar dari PDIP, diduga tidak serta merta membuat Prabowo ikhlas menerima posisi sekadar cawapres.
Nah, sekadar berandai-andai saja, seandainya PDIP mengusung Puan Maharani dan mengesampingkan Ganjar, maka yang lebih realistis adalah mewujudkan pasangan Prabowo-Ganjar.
Rasanya, posisi Ganjar yang jadi wapres (jika pasangan Prabowo-Ganjar jadi pemenang) tetap suatu kemajuan dalam karier politiknya.Â
Kalaupun Ganjar berambisi jadi presiden, masa depannya masih panjang. Kesempatan pada tahun 2029 diperkirakan terbuka lebar.
Masalahnya, partai mana yang akan mengusung Prabowo-Ganjar, karena asumsinya PDIP akan mengusung Puan.
Gerindra sendiri diperkirakan akan dengan senang hati menyambut baik, bila Ganjar dipasangkan sebagai cawapres mendampingi Prabowo.
Tapi, jangan lupa, Gerindra sudah punya koalisi bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dinamakan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar tentu sangat berharap akan bersanding sebagai cawapresnya Prabowo.
Jika Muhaimin legowo, KKIR nantinya akan mengusung Prabowo-Ganjar. Bahkan, bisa jadi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) akan ikut bergabung.
KIB terdiri dari 3 partai, yakni Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Sebelum wacana menduetkan Prabowo-Ganjar muncul, para pimpinan partai anggota KIB memang sudah menunjukkan ketertarikannya pada Ganjar.
Kesimpulannya, Prabowo-Ganjar diperkirakan lebih realistis ketimbang Ganjar-Prabowo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI