Paling tidak, sekarang ini sudah terbentuk 3 koalisi dalam kaitannya dengan kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) yang kalau tidak ada penundaan, akan berlangsung pada tahun 2024.
Perlu diketahui, melihat perolehan suara atau peolehan kursi di parlemen berdasarkan hasil Pemilu 2019, hanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang tidak perlu berkoalisi.
Maksudnya, tanpa bekerjasama dengan partai politik (parpol) lain pun, PDIP berhak mengusung pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) sendiri.
Tapi, agar lebih kuat, diperkirakan PDIP tetap membutuhkan parpol lain, sehingga peluang capres-cawapresnya menang di Pilpres 2024, akan semakin besar.
Berikut ini adalah partai-partai yang telah menjalin koalisi, yakni 3 koalisi yang telah disinggung di atas.
Pertama, Koalisi Perubahan (KP) yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Kedua, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang dideklarasikan oleh 2 parpol, Gerindra dan Partai Kebangkinan Bangsa (PKB).
Ketiga, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk pada 13 Mei 2022 oleh 3 parpol, yakni Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Di antara ketiga koalisi itu, KP sudah punya capres yang sudah disepakati bersama, yakni Anies Baswedan. Tapi, belum ditetapkan siapa cawapresnya.Â
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu dipersilakan memilih cawapres yang dikehendakinya, meskipun Demokrat berharap ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono yang dipilih Anies.
Demikian pula PKS, menginginkan kadernya yang mantan Gubernur Jawa  Barat, Ahmad Heryawan, sebagai cawapres dari KP.
KIR sudah hampir pasti mengusung Prabowo (Ketua Umum Partai Gerindra yang juga menjadi Menteri Pertahanan) sebagai capres.
Cawapresnya masih belum jelas, tapi PKB tentu saja mengharapkan ketua umumnya Muhaimin Iskandar sebagai pendamping Prabowo.
Nah, KIB meskipun lebih awal dibentuk, justru sama sekali belum jelas siapa capres yang akan diusungnya. Maka, menarik mencermati, bagaimana kira-kira skenario yang disusunnya.
Jika dilihat jagoan dari masing-masing partai anggota KIB, aspirasinya berbeda-beda. PAN berterus terang mendukung Ganjar Pranowo-Erick Thohir.
Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di depan Presiden Joko Widodo, saat Rakornas PAN di Semarang (26/2/2023).
Padahal, baik Ganjar maupun Erick, bukan kader PAN. Bahkan, Ganjar yang juga Gubernur Jawa Tengah itu adalah kader PDIP.
Gara-gara sikap PAN tersebut, PDIP sempat menyinggung soal etika politik, bila sebuah parpol mengusung kader parpol lain, tanpa bermusyawarah terlebih dahulu.
Agak mirip denga PAN, PPP juga menjagokan kader parpol lain. Dalam beberapa kesempatan, PPP menyatakan niatnya untuk mendukung Sandiaga Uno yang sebetulnya kader Gerindra.
Bagaimana dengan Golkar? Sejauh ini, Golkar konsisten mendukung ketua umumnya sendiri, Airlangga Hartarto, sebagai capres. Ya, minimal menjadi cawapres.
Melihat kondisi seperti itu, di mana belum terdapat titik temu antar PAN, PPP, dan Golkar, ada kemungkinan terjadi kebuntuan politik.
Skenario kebuntuan politik itu bisa membuat KIB terancam bubar. Ini merupakan prediksi Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, seperti diberitakan Kompas.com (3/3/2023).
Tapi, ada skenario kedua yang sangat positif bagi KIB, yang disampaikan oleh Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi, (Kompas.com, 1/3/2023).Â
Ari Junaedi yakin jika KIB akhirnya bersatu dengan PDIP dan mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres.Â
Kalau ini terjadi, KIB mungkin tak terbendung pada Pilpres 2024. Hal ini mengingat elektabilitas Ganjar masih yang tertinggi, menurut hasil survei Tim Litbang Kompas yang dirilis awal Maret 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H