Mereka juga selalu ingin berkembang, sehingga jalur kariernya harus jelas dan menghargai keberagaman (tidak terkungkung primordialisme).
Selain itu, mereka juga menginginkan perusahaan yang care terhadap masalah sosial dan lingkungan, serta menghargai privacy untuk mencapai kebahagiaan lewat worklife balance.
Ketiga, banyak juga keluhan dari para manajer bahwa Gen-Z terlalu terus terang dalam berkomunikasi, sehingga terkesan tanpa basa-basi atau kurang tata krama.
Hal ini bisa dipahami mengingat mereka lebih banyak berkomunikasi lewat media sosial yang gaya bahasanya berbeda dengan cara komunikasi orang kantoran yang serba formal.
Para manajer tak perlu tersinggung dengan gaya terus terang tersebut. Lama-lama kalau sudah terbiasa dan tak ada hard feeling, semuanya akan lancar.
Perlu diketahui, Gen-Z tidak takut dengan ancaman pemecatan. Tujuan mereka, seperti yang disinggung di atas, adalah worklife balance, di mana bekerja tidak semata-mata karena mengejar uang.
Jadi, jika masing-masing generasi bisa saling memahami, hasilnya pasti dahsyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H