Untuk itu, ada baiknya melihat beberapa karakteristik Gen-Z berikut ini, yang merupakan hasil rangkuman dari berbagai sumber dan juga pengalaman sejumlah manajer yang membawahi Gen-Z.
Pertama, banyak referensi yang menyebutkan anak muda sekarang punya kecenderungan melakukan beberapa hal dalam waktu hampir bersamaan (multitasking).
Hal itu dapat dipahami, mengingat mereka generasi yang ketika lahir sudah langsung kenal internet. Jadi, mereka terbiasa mengonsumsi beberapa informasi pada waktu bersamaan.
Bekat kelincahan mereka beradaptasi dengan teknologi, apa-apa jadi serba gampang. Melakukan sesuatu bisa sambil rebahan, makanya bisa juga multitasking.
Tentu, multitasking ini juga ada sisi kelemahannya, seperti terkesan kurang fokus, dan tak jelas mana pekerjaan yang jadi target utama.
Namun, bila kelemahan tersebut bisa diminimalisir di bawah supervisi mentor yang berpengalaman, maka hasil kerja dari mereka yang multitasking bisa luar biasa.
Kedua, banyak para manajer yang mengeluh menghadapi Gen-Z karena mereka dinilai sebagai "kutu loncat", dalam arti suka berpindah-pindah pekerjaan.
Dalam hal ini, mereka kurang loyal pada perusahaan tempatnya bekerja. Tapi, jika didalami dan bisa memberikan pekerjaan yang memenuhi kriteria tertentu, mereka bisa juga betah.
Apa saja kriteria tersebut? Antara lain mereka ingin manajemen yang transparan dalam arti terbuka menerima ide-ide dan kreativitas dari bawah, dan memberi kebebasan atau fleksibilitas dalam bekerja.
Salah satu indikasi fleksibilitas tersebut adalah dengan menerapkan pola kerja hibrid (bisa dari rumah dan bisa dari kantor, bersifat sutuasional).
Demikian juga dari sisi jam kerja, mereka ingin diperkenankan datang terlambat dan bertanggung jawab akan menyelesaikan tugas meskipun hingga larut malam.