Populasi penduduk menjadi masalah besar bagi negara Jepang saat ini. Ketidakseimbangan antara jumlah kelahiran dan kematian, menjadi hal yang mengkhawatirkan pemerintah Jepang.
Jika angka kelahiran tidak digenjot, nantinya akan terjadi pelambatan ekonomi, penurunan kesejahteraan penduduk, dan bahkan bangsa Jepang bisa punah.
Soalnya, dengan komposisi penduduk yang didominasi oleh kelompok lanjut usia (lansia), jelas produktivitasnya tidak bisa diharapkan. Bahkan, akan menjadi beban negara.
Pemerintah Jepang berusaha mengatasinya dengan memberikan insentif berupa uang bagi keluarga yang mempunyai anak.
Namun demikian, insentif uang saja ternyata belum cukup. Perlu kebijakan yang lebih fokus kepada peningkatan kesejahteran keluarga.
Pilihan banyak warga Jepang untuk tidak punya anak, atau yang disebut dengan child free tampaknya sudah lama berlangsung. Â
Bahkan, bukan hanya tak punya anak, banyak pula wanita atau pria Jepang yang sengaja tidak mau berumah tangga.
Alasannya, banyak anak muda Jepang yang lebih mementingkan karier. Mereka merasa bahwa berkeluarga akan jadi penghalang karier.
Dengan karier yang bagus, mereka memang banyak yang mampu membeli rumah, meskipun berukuran kecil.
Hanya saja, bila di Indonesia orang merasa tak lengkap bila punya rumah tapi tak punya istri atau suami, di Jepang mereka nyaman hidup mandiri, tidak tergantung pada orang lain.
Masalahnya, usia sesuatu yang tak bisa dilawan. Kalaupun berumur panjang, akan tutup usia juga, bukan?