Satu hal lagi yang membuat Prabowo makin di atas angin adalah terkait dengan pernyataan Presiden Joko Widodo, yang bisa ditafsirkan sebagai meng-endorse Prabowo.
Dalam HUT Partai Gerindra, Jokowi dengan jelas mengatakan bahwa Gerindra potensial menjadi yang teratas, demikian pula Prabowo punya potensi tertinggi elektabilitasnya.
Namun demikian, Prabowo sendiri diperkirakan masih "pusing" dalam memilih siapa cawapres yang akan digandengnya.
Di antara sekian partai yang dekat dengan Gerindra, yang paling potensial adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Kedua partai ini sudah punya sekretariat bersama (Sekber), sehingga sangat memudahkan untuk melakukan koordinasi.
Koalisi Gerindra-PKB yang sebelumnya tidak jelas namanya, sekarang disebut Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Mengingat PKB identik dengan Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan ormas terbesar di tanah air, maka jelas nilai strategis PKB di KKIR.
Artinya, cawapres Prabowo besar kemungkinan adalah aktivis NU yang juga sekaligus kader PKB.
Saat acara peringatan satu abad NU di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023), nama Prabowo diteriakkan sebagai "presiden" oleh massa yang menyambutnya.
Melihat dukungan dari warga NU, kepusingan Prabowo mungkin mulai berkurang. Pilihan siapa cawapresnya, diduga mengerucut pada dua nama, Cak Imin dan Khofifah Indarparawansa.
Namun, ketidakhadiran Cak Imin pada peringatan satu abad NU, sepertinya semakin memperkuat penafsiran bahwa para pengurus NU tidak begitu happpy dengan Cak Imin.