Ganjar Pranowo kembali menjadi berita hangat di media massa. Kali ini bukan soal elektabilitasnya yang stabil tinggi, tapi justru sesuatu yang bertolak belakang dengan elektabilitas tersebut.
Kelompok pendukung Ganjar yang menamakan diri GP Mania mendeklarasikan pembubaran diri pada 9 Februari 2023 lalu.
Pembubaran dimaksud disampaikan oleh  Ketua GP Mania, Immanuel Ebenezer, dalam acara konferensi pers di Sekretariat Jokowi Mania di Jakarta Selatan.
Seperti yang diberitakan Kompas.com (10/2/2023), ada 5 alasan kenapa GP Mania membubarkan diri.
Pertama, ketidakpastian Ganjar Pranowo diusung sebagai calon presiden (capres).
Kedua, Ganjar Pranowo tidak mampu meyakinkan rakyat, pendukung, dan partainya untuk dijadikan sebagai capres pada Pilpres 2024.
Ketiga, tidak adanya nilai lebih sebagai capres baik dalam hal gagasan maupun program untuk membangun Indonesia yang lebih maju.
Keempat, Ganjar Pranowo disebut oleh relawan bukan sosok yang tepat melanjutkan kepemimpinan setelah Jokowi meyelesaikan masa jabatannya.
Kelima, penampilan Ganjar Pranowo di depan publik atau media sosial dinilai berbeda dengan penampilan sesungguhnya atau dengan penampilan kesehariannya.
Nah, dari berita di atas, terkesan ada anti klimaks dalam isu pencapresan Ganjar yang merupakan kader PDIP dan juga menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Betapa tidak, beberapa bulan lalu, banyak kelompok masyarakat yang menayatakan dukungan kepada Ganjar.
Bahkan, seperti sebuah euforia bila melihat bagaimana sebagian masyarakat mengelu-elukan Ganjar, termasuk bila Ganjar lagi berkunjung ke luar Jawa Tengah.
Artinya, Ganjar diakui keberhasilannya bukan oleh warga Jawa Tengah saja, tapi juga diakui masyarakat di berbagai penjuru tanah air.
Tapi, kondisinya jadi berbalik setelah Ganjar Pranowo mendapat teguran dari DPP PDIP.
Kalau tidak keliru, teguran tesebut sebagai buntut dari pernyataan Ganjar "siap nyapres" yang dipublikasikan oleh media massa.
Padahal, sebagai kader PDIP, Ganjar seharusnya tahu bahwa soal siapa capres yang akan diusung oleh PDIP, sepenuhnya menjadi hak prerogatif ketua umum, Megawati Soekarnoputri.
Kebetulan pula, sebelum itu kader PDIP seperti terbelah antara yang pro Puan Maharani dan yang pro Ganjar Pranowo.
Saking tajamnya pembelahan itu, sampai memunculkan istilah "Dewan Kolonel" bagi elit PDIP yang pro Puan.
Kemudian, di tingkat relawan pendukung Ganjar, dibalas dengan penyebutan "Dewan Kopral".
Nah, setelah mendapat teguran itulah, antusiasme Ganjar pun terlihat melorot. Paling tidak, tidak lagi menggebu-gebu seperti sebelumnya.
Di lain pihak, "endorse" dari Presiden Joko Widodo bahwa si rambut putih sebagai sosok yang layak menggantikan beliau, sekarang pun seperti kehilangan momentum.
Publik tentu gampang menafsirkan bahwa si rambut putih itu adalah Ganjar Pranowo.
Adalah Prabowo Subianto yang saat ini dapat angin dari Jokowi karena disebut sebagai bakal capres yang potensial meraih elektabilitas tertinggi.
Kembali pada pembubaran GP Mania, bisa jadi ada dampak kurang baik bagi Ganjar karena popularitasnya terancam menurun.
Namun, suasana kebatinan di PDIP mungkin lebih tenang, karena sejak Ganjar ditegur DPP PDIP, hubungan Ganjar dan Puan Maharani mulai terlihat "mesra".Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H