Pada akhirnya masyarakat akan menyadari bahwa media sosial dan media massa itu dua hal yang berbeda. Keduanya saling melengkapi, bukan saling menggantikan.
Mereka yang menginginkan berita yang viral, yang sudah bercampur antara fakta dan hoaks, pasti lebih memilih media sosial.
Namun demikian, meskipun sekarang banyak media massa yang tutup, tak akan sampai mematikan semuanya.
Soalnya, tetap masih ada sebagian masyarakat yang membutuhkan fakta yang sesungguhnya terjadi yang diungkapkan secara akurat. Inilah yang dilayani media massa.
Media massa yang memiliki sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi akan tetap eksis, karena memang dibutuhkan masyarakat.
Cara penyajian berita harus bergaya kekinian dengan lebih banyak konten daring ketimbang versi cetak (untuk koran dan majalah).
Demikian juga radio dan televisi, perlu tersedia dalam versi streaming, sehingga mampu pula melayani segmen anak muda.
Memakai analisis dari big data dan mengolahnya menjadi sesuatu yang bermakna bagi arah pembangunan nasional atau daerah, dapat diperankan oleh pers saat ini.
Pers tak perlu mengulang kembali apa yang viral di media sosial, tapi justru perlu berperan untuk meluruskannya, agar masyarakat mendapat informasi yang akurat.
Perang hujatan sebagai dampak politik identitas yang berlangsung di negara kita sejak beberapa tahun terakhir, harus diredam dengan berita yang sejuk dan objektif di media massa.
Oleh karena itu, dalam menghadapi tahun politik sekarang ini, pers yang netral merupakan suatu keharusan. Jangan sampai ada yang membabi buta mendukung parpol atau capres tertentu.