Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, atau yang lebih populer dengan nama Cak Imin, mungkin tengah galau.
Meskipun PKB sudah menjalin kerjasama (untuk tidak menyebutnya berkoalisi) dengan Partai Gerindra, tapi sebetulnya belum ada suatu ikatan resmi.
Artinya, ibarat hubungan pria-wanita, ini masih sebatas pacaran. Dan seperti istilah anak muda, sebelum janur kuning melengkung, Gerindra atau PKB boleh-boleh saja "berselingkuh".
Persoalan terbesar di mata PKB, tentu saja soal nasib Cak Imin yang masih "digantung" oleh Prabowo.
Berkali-kali Prabowo bertemu Cak Imin, bahkan di depan kader-kader PKB, belum terucap kalimat yang mengindikasikan Cak Imim yang akan digandeng Prabowo sebagai cawapres.
Sedangkan posisi Prabowo sendiri sudah sangat jelas, telah dideklarasikan sebagai capres oleh Gerindra untuk Pilpres 2024 mendatang.
PKB pun terlihat oke-oke saja bila Prabowo sebagai capres, asal saja cawapresnya kader PKB.
Adapun kader PKB yang telah digadang-gadang menjadi capres adalah Cak Imin sendiri.
Namun, Cak Imin cukup tahu diri. Tak memungkinkan jadi capres, jadi cawapres pun masih lumayan.
Jadi, bila boleh menebak pikiran Cak Imin, yang penting bukan soal mendukung Prabowo. Tapi, mendukung siapapun capres yang mau menggandeng Cak Imin sebagai cawapres.
Nah, kalau tebakan itu benar, klop sudah dengan apa yang terjadi pada sosok Anies Baswedan.
Seperti diketahui, mantan Gubernur DKI Jakarta itu telah lebih dari 2 bulan lalu dideklarasikan sebagai capres oleh Partai Nasdem.
Masalahnya, Nasdem yang berkoalisi dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masih belum sepakat dengan siapa cawapres yang akan diusung.
Baik PKS maupun Demokrat, sama-sama ngotot agar kadernya yang menjadi pendamping Anies pada pilpres mendatang.
PKS menyorongkan nama Ahmad Heryawan (Aher) yang berpengalaman selama 2 periode menjadi Gubernur Jawa Barat.
Sedangkan Partai Demokrat mengusulkan ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang layak sebagai cawapres.
Hal itulah yang hingga sekarang masih mengganjal bagi Koalisi Perubahan, nama untuk koalisi Nasdem, Demokrat, dan PKS.
Jika tak ada titik temu, maka kenapa tidak dicoba mencari jalan tengah? Maksudnya, pilihlah kader yang bukan dari PKS dan juga bukan dari Demokrat.
Contohnya, coba dianalisis lebih lanjut oleh tim ahli di Koalisi Perubahan, bagaimana prospeknya jika Anies dipasangkan dengan Cak Imin?
Bukankah ini akan menambah jumlah pemilih yang berasal dari massa PKB yang identik dengan massa Nahdlatul Ulama (NU)?
Soal posisi untuk AHY dan Aher, menjadi menteri koordinator rasanya cukup bergengsi untuk modal Pilpres 2029.
Tentu, asumsinya jika pasangan Anies-Cak Imin mampu tampil sebagai pemenang pada Pilpres 2024.
Dari pemberitaan media massa, tampaknya antara Nasdem dan PKB telah membuka kemungkinan untuk menjalin kerjasama.
Demokrat dan PKS diharapkan berbesar hati menerima Cak Imin, mengingat posisi PKB saat ini memang lebih besar dilihat dari jumlah kursi di DPR.
Toh, jika Demokrat dan PKS menunggu ada partai lain yang meminang, bisa-bisa saja, tapi kecil kemungkinan untuk mendapatkan posisi cawapres.
Kalau Koalisi Perubahan beranggotakan 4 partai, dengan masuknya PKB jelas akan memperkuat dan memperluas basis pemilih.
Anies-Cak Imin harus langsung tancap gas, dengan segera sowan ke sejumlah kiai kharismatik, seperti yang telah dilakukan Prabowo.
Tak ada yang tidak mungkin dalam politik. Kita tunggu saja.  .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H