Hal itu karena salah seorang kader yang juga pengurus inti Gerindra, Sandiaga Uno, telah menyatakan kesiapannya untuk menjadi capres.
Apakah bisa diartikan Sandiaga berani menantang Prabowo? Jajaran pimpinan Gerindra memang kompak mendukung Prabowo.
Tapi, di tingkat akar rumput, kondisinya bisa berbeda, mengingat simpatisan Sandi tidaklah sedikit.
Bahkan, partai lain seperti PPP sudah memberikan kode keras ketertarikannya untuk mendukung Sandi pada pilpres mendatang.
Masalahnya, PPP perlu bermusyawarah dengan partai koalisinya, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), bersama dengan Golkar dan PAN.
Sekadar berandai-andai saja, jika ada partai lain yang meminang, apakah Sandi berani hengkang dari Gerindra?
Bukankah situasi itu mirip dengan yang dihadapi Ganjar, seandainya PDIP mengusung Puan, dan ada partai lain meminang Ganjar, beranikah Ganjar mengucapkan wassalam pada Megawati?
Mengacu pada penjelasan Sandi pada para jurnalis, ternyata semua langkah politiknya selalu dilaporkan terlebih dahulu pada Prabowo yang dianggap sebagai mentor politiknya.
Artinya, Sandiaga tetap setia dengan Gerindra dan tidak bermaksud untuk mbalelo alias macam-macam.
Kalau begitu, apakah mungkin Gerindra memainkan politik dua kaki? Maksudnya, sengaja bermain di dua sisi, dengan harapan salah satunya akan menang.
Atau, Sandi akan menjadi cawapres Prabowo, persis seperti 2019? Siapa tahu, ada partai lain seperti PKS mau ikut bergabung.