Guru olahraga saya di SMP 1 Payakumbuh, Sumbar, pada era 1970-an dulu, merangkap pekerjaan sebagai wartawan koran Haluan terbitan Padang.
Saat saya baru masuk kuliah, ada 2 atau 3 orang mahasiswa senior yang juga menjadi wartawan di sela-sela kegiatan kuliahnya.
Mahasiswi yang cakep akan diwawancara dan difoto oleh wartawan yang mahasiswa senior itu, untuk diterbitkan pada koran edisi Minggu.
Saya sendiri mulai menulis opini di koran Haluan pada waktu kuliah di era awal 1980-an, tapi tidak menjadi wartawan.
Kemudian setelah bekerja di Jakarta, saya tetap sempat menulis opini hingga pertengahan dekade 1990-an di sejumlah koran ibu kota, termasuk koran paling prestisius, Kompas.
Namun, sejak mulai mendapatkan jabatan di tempat saya bekerja, saya sengaja menghentikan kegiatan menulis.
Alasannya, bukan saja karena kesibukan di kantor, tapi juga khawatir tidak bisa bersikap independen jika menulis soal persaingan usaha yang melibatkan perusahaan tempat saya bekerja.
Soalnya, tulisan saya lebih banyak berupa analisis atas laporan keuangan perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan.
Industri jasa keuangan memang diwajibkan regulator untuk mempublikasikan laporan keuangan setiap triwulan. Hal itulah yang menjadi sumber data yang saya gunakan.
Meskipun saya sudah memberi catatan bahwa "opini penulis tidak mencerminkan sikap institusi di tempat penulis bekerja", tak urung saya pernah ditegur direktur yang menjadi atasan saya.
Ceritanya, tulisan saya dianggap menilai rendah perusahaan tempat saya berkarier dan justru memuji perusahaan pesaing.