Piala Dunia 2022 disambut sukacita oleh masyarakat Indonesia, meskipun Timnas Indonesia masih bermimpi untuk bisa berlaga di ajang paling prestisius itu.
Ya, tampaknya bukan hanya di Indonesia, pada dasarnya sepak bola memang menjadi cabang olahraga paling populer di dunia.
Tapi, lazimnya dukungan yang gila-gilaan pada sebuah tim yang bertarung di Piala Dunia, dilakukan hanya oleh warga negara tim yang berlaga di sana.
Bisa juga pendukung yang heboh itu bukan warga negara dari tim yang didukungnya, tapi punya keterkaitan sejarah atau ada hubungan darah.
Makanya, diaspora Maroko di Perancis yang sudah menjadi warga negara Perancis, lebih banyak yang menjadi pendukung Maroko, bukan mendukung Perancis.
Ada pun masyarakat negara lain yang tak ada kaitannya dengan tim yang bertanding, tentu juga banyak yang menjagokan sebuah tim.
Bisa jadi dukungan itu diberikan karena dari dulu memang menilai mutu permainan tim negara tersebut yang sangat baik.
Atau, dukungan diberikan karena ada beberapa pemain bintang yang diidolakan yang menjadi bagian dari tim negara tertentu.
Tapi, bentuk dukungan yang biasa dilakukan pencinta bola di Indonesia tidaklah heboh, hanya sekadar nonton bareng bersama teman-teman sambil ditemani makanan kecil.
Ya, sekadar menghangatkan suasana, bisa saja para penonton terlibat taruhan kecil-kecilan, yang kalah akan mentraktir temannya yang tim jagoannya menang.
Hanya saja, cara pasif seperti itu tak berlaku di banyak kota di Indonesia bagian timur.
Sejak Piala Dunia Qatar bergulir, cobalah jalan-jalan ke beberapa kota di Sulawesi, Anda yang berasal dari Jawa atau Sumatera mungkin bingung melihat semaraknya suasana.
Di jalan-jalan dan di depan banyak rumah, berkibar bendera berbagai negara asing dalam ukuran relatif besar.
Dan semua bendera itu tidak ada bendera merah putih, bendera kebangsaan Indonesia.
Ternyata, bendera yang beraneka warna itu menunjukkan negara peserta Piala Dunia yang didukung oleh masyarakat.
Jadi, kegilaan masyarakat Indoenesia Timur memang jauh lebih hebat ketimbang Indonesia Barat.
Tapi, dari berbagai kota di Indonesia Timur, maka ibu kota Sulawesi Utara, Manado, layak disebut yang paling "gila".
Sayangnya, dua tim yang malam ini (17/12/2022) akan saling berhadapan untuk memperebutkan juara ke-3, sangat jarang dijagokan.
Dua tim tersebut adalah tim yang tampil mengejutkan dengan mengalahkan beberapa tim kuat sebelumnya, yakni Maroko dan Kroasia.
Hanya saja, kehebatan Kroasia akhirnya dihentikan Argentina dan Maroko takluk dari negara yang pernah menjajahnya, Perancis.
Apapun juga, pertandingan Kroasia versus Maroko layak untuk disaksikan karena penuh gengsi.
Kedua tim ini pernah bertemu di babak penyisihan grup, dengan skor akhir imbang 0-0.
Nah, kembali ke Manado, apa buktinya warga Manado jarang yang menjagokan Maroko dan Kroasia?
Hal itu terbukti dari tidak terlihatnya, atau bisa jadi ada namun sangat langka, bendera Kroasia dan Maroko yang berkibar.
Yang terlihat "menguasai" Manado adalah bendera Jerman, Argentina dan Brasil. Dari ketiganya, hanya Argentina yang tersisa.
Argentina akan berhadapan dengan Perancis untuk membuktikan negara mana yang terhebat di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H