Akan lebih baik lagi, bos menyempatkan bertanya sesuatu, misalnya bertanya tentang kondisi keluarga anak buah, atau pertanyaan lain di luar pekerjaan.
Ketiga, tidak terkesan enggan berbicara atau berdiskusi dengan anak buah level bawah. Bos yang hanya mengajak diskusi para staf tertetu saja, akan mengakibatkan yang lain merasa diabaikan.
Keempat, bos memberikan pengarahan yang rinci dan jelas. Anak buah diberi kesempatan untuk bertanya, jika mereka belum paham dengan pengarahan tersebut.
Kelima, bos mengalokasikan waktu khusus secara periodik (misal setiap Senin pagi), untuk berdiskusi dengan semua karyawan.
Diskusi ini bersifat interaktif, di mana anak buah dirangsang agar berani menyampaikan pendapat atau keluhan.
Keenam, bos adakalanya memberi kritik pada anak buah. Tapi, kritiknya bersifat membangun, dengan memberikan solusinya.
Kritik tersebut disampaikan bos secara sopan, bukan dengan marah-marah yang terkesan melecehkan anak buah.
Ketujuh, bos yang mengakui dan menghargai anak buah yang sudah menghasilkan sesuatu yang bagus atau sudah memenuhi apa yang diperintahkannya.
Kedelapan, terhadap ide baik yang orisinil berasal dari seorang bawahan, bos mau mengakui dan menyampaikan terima kasih.
Jika ide bawahan sampai diakui sebagai ide bos, tentu akan menyakitkan bagi anak buah yang punya ide.
Kesembilan, membaur dengan anak buah dalam acara rekreasi bersama. Bos yang baik hati juga tidak pelit dan relatif sering mentraktir makan-makan anak buah.