Nasib perusahaan berbasis teknologi menjadi tanda tanya besar, setelah diberitakan terjadinya PHK massal di beberapa perusahaan yang sudah terkenal.
Bahkan, di antara perusahaan tersebut, ada yang digadang-gadang sebagai perusahaan rintisan nasional yang akan menjadi raksasa level internasional.
Hal itu menjadi indikasi adanya sesuatu yang keliru, sehingga manajemen perusahan perlu melakukan penyesuaian, antara lain dengan melakukan PHK massal.
Sesuatu yang keliru itu akan semakin gampang terbaca bagi perusahaan teknologi yang sudah melantai di bursa saham, yang di negara kita disebut Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam hal ini, pergerakan harga saham bisa ditafsirkan sebagai indikasi kepercayaan publik atau investor terhadap sebuah perusahaan.
Ternyata, saham perusahaan berbasis teknologi, saat ini memang lagi menukik tajam harganya. Padahal, ada kelompok industri lain yang justru harga sahamnya mengalami peningkatan, seperti saham perbankan.
Kejatuhan harga saham dan PHK massal perusahaan teknologi tidak hanya berlaku pagi perusahaan dalam negeri seperti GoTo, tapi lebih banyak lagi yang terjadi di luar negeri.
Sebut saja nama-nama besar yang selama ini sudah menguasai dunia, seperti Netflix, Amazon, Meta, Apple, dan sebagainya.
Memang, jika ditelaah secara rinci, permasalahan di masing-masing perusahaan bisa saja berbeda-beda. Tapi, kuat dugaan bahwa ada faktor tertentu yang secara umum bisa berlaku pada perusahaan berbasis teknologi.
Faktor tertentu dimaksud berkaitan dengan terjadinya musibah pandemi Covid-19 secara meluas di seluruh dunia.