Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sudah Membayar, Kenapa Masih Dikirimi Reminder Tagihan?

22 Desember 2022   10:18 Diperbarui: 23 Desember 2022   10:15 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya termasuk disiplin dalam melakukan pembayaran bulanan terhadap berbagai tagihan yang berkaitan dengan konsumsi produk atau jasa yang rutin kami sekeluarga menikmatinya.

Tagihan dimaksud, misalnya untuk pemakaian listrik, telpon, air mimum, langganan wifi, tagihan kartu kredit, dan sebagainya.

Sebetulnya, sekarang sangat mudah melakukan pembayaran berbagai tagihan di atas, karena bisa dilakukan sambil rebahan dengan menggunakan aplikasi tertentu.

Atau, kalau mau sedikit menggerakkan kaki, cari ATM terdekat. Biasanya, ATM punya fitur yang lengkap agar nasabah pemegang kartu bisa melakukan pembayaran berbagai tagihan.

Bisa juga kita tidak melakukan apa-apa, asal saldo rekening bank mencukupi. Biarkan sistem perbankan yang melakukan secara otomatis melalui teknis autodebet.

Tapi, baru-baru ini saya agak kesal karena menerima pesan pendek dari sebuah perusahaan milik negara yang produknya dikonsumsi oleh banyak rumah tangga di Indonesia.

Pesan itu mengingatkan agar saya untuk segera membayar tagihan atas pemakaian bulan sebelumnya yang harus dibayar di bulan ini.

Yang saya kesalkan, sebetulnya baru 3 hari sebelumnya saya membayar tagihan yang ada dalam pesan itu.

Untung saja saya masih menyimpan bukti pembayarannya. Begitu saya mau mengirimkan bukti tersebut ke si pengirim pesan, saya mencoba meneliti lagi pesan yang saya terima.

Dugaan saya, pesan tersebut dikirim oleh mesin dan tidak membutuhkan jawaban dari si penerima pesan.

Kesimpulan saya, pihak penagih mengirim pesan semacam reminder tagihan ke semua pelanggan, baik yang belum membayar maupun yang sudah.

Indikasinya adalah dengan adanya kalimat penutup yang berbunyi, "Abaikan pemgumuman ini jika Anda sudah membayar".

Kalau dugaan saya betul, justru saya ingin menyampaikan kritik bahwa cara seperti itu kurang baik di mata para pelanggan yang sudah membayar.

Jangan anggap ini soal kecil. Kebetulan saja, perusahaan negara penyedia jasa publik tersebut bersifat monopoli, dalam arti tidak ada pesaing.

Misalnya ada perusahaan saingan, konsumen yang kecewa bisa jadi akan banyak yang pindah ke perusahaan pesaing.

Sebaiknya, terhadap pelanggan yang sudah membayar, pesan yang dikirim berupa ucapan terima kasih karena sudah membayar tepat waktu.

Tapi, untuk pelanggan yang belum membayar, diharapkan akan membantu agar mereka tidak lupa memenuhi kewajibannya.

Kenapa sistem di perusahaan tersebut tak bisa mendeteksi mana pelanggan yang belum membayar dan mana yang sudah?

Akibatnya, perusahaan menyamaratakan semua pelanggan. Maksudnya, semua dianggap belum membayar, meskipun dengan embel-embel "abaikan pesan ini jika Anda sudah membayar".

Bukankah dengan kemajuan teknologi sekarang ini, memilah-milah pelanggan bisa dilakuan relatif cepat dengan bantuan sistem yang baik?

Biasanya, sistem di bank tempat pelanggan membayar sudah tersambung dengan sistem di perusahaan yang menyediakan jasa untuk pelanggan yang bersifat massal.

Kalau di era jadul yang serba masih manual, akan sulit menyortir dokumen pelanggan yang sudah membayar dan yang masih belum membayar dengan cepat.

Sekarang, tak ada alasan untuk mengatakan tidak bisa. Itulah pentingnya keberadaan manajemen pusat data di suatu perusahaan.

Dari pusat data itu bisa diolah untuk berbagai kepentingan yang diperlukan manajemen perusahaan.

Ilustrasi dok. web.pln.co.id
Ilustrasi dok. web.pln.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun