Pada dasarnya saya memang tidak begitu antusias mengisi berbagai jenis survei produk atau survei pasar, termasuk survei yang menanyakan penghasilan dan gaya hidup respondennya.
Dulu, setiap penumpang pesawat sebuah maskapai penerbangan domestik, ketika hendak mendarat diminta mengisi sejumlah pertanyaan terkait pelayanan maskapai itu.
Awalnya pakai cara "kuno", mengisi secara manual pakai kertas yang dibagikan oleh pramugari dan dipinjamkan pulpen untuk mengisi.
Kemudian pakai cara yang lebih kekinian, mengisi di gawai yang biasanya untuk menayangkan hiburan atau informasi terkait penerbangan, yang dipasang di depan kursi penumpang.
Tapi, dari yang saya amati, relatif sedikit penumpang yang mengisi survei, baik yang pakai kertas maupun yang pakai gawai.
Dugaan saya, di mata responden, survei dianggap sebagai demi kebutuhan produsen saja. Makanya, mereka enggan menjawab pertanyaan.
Pihak manajemen perusahaan yang melakukan survei bukan tidak menyadarinya keengganan pelanggannya tersebut.
Untuk merangsang pelanggan mengisi survei, kadang-kadang diiming-imingi dengan hadiah tertentu, seperti dapat voucher belanja.
Itupun responden adakalanya asal mengisi saja, yang penting asal dapat voucher atau hadiah lainnya.
Maksudnya, responden dengan sengaja memberikan jawaban yang menyenangkan hati produsen atau perusahaan penyedia layanan.