Juga tidak ada isyarat kalau Jokowi mendukung calon dari Nasdem, Anies Baswedan. Bahkan, hubungan Jokowi dan Nasdem terkesan merenggang.
Kalau betul Jokowi meng-endorse Ganjar, sebetulnya malah makin menimbulkan pertanyaan yang belum jelas jawabannya.
Hingga sekarang, meskipun Ganjar pernah "keceplosan" menyatakan siap menjadi capres, tapi masih belum pasti parpol mana yang akan mengusungnya.
Bahkan, termasuk PDIP sendiri, mungkin masih dilanda kebingungan, mau mengusung Puan atau Ganjar?
Baik, soal siapa yang akan diusung PDIP biarlah kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.
Kembali ke kode keras dari Presiden Jokowi yang mengarah ke figur tertentu, hal ini bisa ditafsirkan secara positif, bisa pula negatif.
Positifnya, Presiden ingin agar sosok yang menggantikan beliau betul-betul diyakini akan melanjutkan  berbagai program yang telah dimulai oleh Jokowi.
Jangan sampai nantinya pemimpin baru malah membatalkan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang baru, yang dinamakan Nusantara.
Bayangkan kalau itu dibatalkan, dana yang telah dikucurkan jadi mubazir. Kepercayaan dari pihak asing yang sudah direncanakan mendapatkan proyek tertentu, juga bisa buyar.
Selain IKN, juga banyak lagi proyek-proyek infrastruktur berbiaya besar yang memerlukan kesinambungan dari pemimpin yang akan datang.
Adapun bagi yang melihat sisi negatif dari dukungan Presiden Jokowi terhadap figur tertentu, beliau dinilai tidak netral.Â