Berita politik yang bersifat tendensius, misalnya menyangkut persaingan menuju arena Pilpres 2024, lebih banyak disukai pembaca.
Namun, kali ini beritanya justru yang baik-baik saja. Malah, beberapa sosok yang biasanya digambarkan bermusuhan, kini saling bertemu di suatu acara.
Itulah yang terjadi pada 2 orang mantan presiden, yakni Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Keduanya bertemu dalam event KTT G20 di Bali, tepatnya dalam acara jamuan makan malam bersama kepala negara G20, Selasa (15/11/2022).
Pada makan malam yang berlangsung meriah di kawasan Garuda Wisnu Kencana itu, Mega dan SBY duduk satu meja, meskipun tidak bersisian.
Di meja yang sama juga duduk mantan Wapres Jusuf Kalla dan istri, Try Sutrisno, Hamzah Haz, dan juga Ketua DPR Puan Maharani.
Kemudian, di Kota Solo, Jawa Tengah, capres dari Partai Nasdem Anies Baswedan duduk satu meja berduaan dengan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.
Gibran yang juga putra Presiden Joko Widodo tersebut, dalam tayangan berita televisi terlihat berbincang-bincang sambil menikmati makanan berdua Anies.
Rupanya kedua tokoh muda itu lagi sarapan di Hotel Novotel, Solo, pada Selasa (15/11/2022) yang lalu.
Menurut Anies, tak ada pembicaraan politik dalam pertemuan itu, hanya sekadar silaturahmi dan ngobrol santai.
Anies juga sempat memuji Gibran karena di bawah kepemimpinannya, Solo terlihat semakin maju.
Kebetulan, Anies ada keperluan ke Solo, yakni menghadiri  haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy, di Pasar Kliwon, Solo.
Tapi, pujian Anies terhadap Gibran tak urung mendapat respon negatif dari Said Abdullah, salah seorang pimpinan DPP PDIP.
Seperti ditulis Tempo.co (16/11/2022), Said Abdullah menilai pertemuan tersebut sebagai cara Anies untuk lebih dikenal publik.
Bahkan, Said juga mengatakan jika Anies memuji Gibran, pasti ada udang di balik batu.
Genderang yang ditabuh Said mendapat balasan dari Partai Demokrat. Penilaian Said bahwa Anies bisa memecah belah PDIP, Partai Demokrat menilai argumen Said sangat dangkal (Detik.com, 16/11/2022).
Hal itu dikatakan oleh Syahrial Nasution, Deputi Analisa Data dan Informasi dari Balitbang PP Partai Demokrat.
Apa niat yang terkandung dalam hati Anies, tentu hanya Anies dan Tuhan yang tahu.
Tapi, pengamat melihatnya memang berbeda dengan pertemuan Mega-SBY. Pertemuan Mega-SBY tidak bernilai politis, selain sama-sama memenuhi undangan panitia G20.
Namun, pertemuan Anies-Gibran, meskipun bertajuk silaturahmi, tak terhindarkan lagi, pasti ada nilai politisnya, mengingat status Anies sebagai bakal capres.
Bisa jadi hal itu sebagai upaya Anies, atau mungkin juga atas saran Partai Nasdem sebagai pengusung Anies, untuk memperbaiki hubungan dengan Presiden Jokowi.
Kalaupun memang seperti itu, sebetulnya tak ada yang salah. Tinggal kita lihat sikap Presiden Jokowi, akan melunak terhadap Nasdem, atau tetap menjaga jarak.
Seperti diketahui, Presiden tidak hadir dalam HUT Partai Nasdem pada minggu lalu, bahkan juga tak ada video ucapan ulang tahun yang diputar saat itu.
Terlepas dari pertemuan Mega-SBY dan Anies-Gibran, bolehlah kita berharap agar framing media dalam berita politik bisa lebih bernuansa positif.
Soalnya, terkadang framing tersebut berlebihan, seolah-olah jika dua pihak berbeda kubu politik, mereka saling bermusuhan.
Kalau dua pihak yang bermusuhan itu duduk satu meja, sepertinya sebuah anomali. Padahal, tak ada salahnya duduk satu meja, menyantap hidangan dan ngobrol-ngobrol.Â
Ini malah bagus agar di tingkat akar rumput, yang selama ini terjadi saling hujat antar pendukung masing-masing tokoh, juga bisa berdamai.
Berdamai itu artinya kedua pihak tetap dengan pandangan politik masing-masing, tapi ada sikap saling menghargai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H