Tapi, munculnya berita bahwa PDIP lagi menjalin komunikasi intens dengan partai lain, dapat tafsirkan PDIP merasa lebih nyaman bila PDIP tidak bermain sendiri.
Anggaplah PDIP merapat ke KIR, seharusnya yang gembira bukan hanya Gerindra, tapi juga PKB.
Namun, kegembiraan tersebut bisa sirna, bahkan jadi sumber kekecewaan, jika KIR akhirnya memunculkan pasangan Prabowo-Puan.
Soalnya, PKB sudah kebelet agar yang diusung oleh KIR adalah pasangan Prabowo-Muhaimin Iskandar.Â
Pasangan tersebut dipandang tepat, karena Muhaiman adalah Ketua Umum PKB yang sudah menjabat sejak 2005.
Mungkin hanya Megawati dari PDIP yang masa jabatannya sebagai ketua umum partai politik melebihi Muhaimin.
Tak heran, Cak Imin (panggilan akrab Muhaimin Iskandar) sudah terlalu sering menyatakan diri siap menjadi capres, atau minimal menjadi cawapres.
Tapi, terlalu sering pula Cak Imin gagal mewujudkan impiannya sebagai capres atau cawapres.
Tentu, kalau kali ini gagal lagi, apa kata dunia? Bukankah ini bisa dinilai sebagai kegagalan PKB dalam berdiplomasi?
Masalahnya, posisi tawar PKB tentu lebih rendah ketimbang PDIP dan Gerindra, jika melihat jumlah kursi di DPR.
Namun, PKB jelas sangat seksi di mata parpol lain, karena mengklaim sebagai partainya warga Nahdlatul Ulama (NU).