Meskipun begitu, jelas akan jadi beban tersendiri bagi Anies, jika pilihannya mengerucut pada AHY atau Aher.
Jika ditanya, Anies lebih cocok dengan AHY atau Aher, mungkin Anies tidak akan berbicara blak-blakan, agar tidak menyakiti salah satu pihak.
Anies pernah menyebut 3 kriteria pendampingnya, yakni memberikan kontribusi dalam pemenangan, membantu memperkuat stabilitas koalisi, dan membantu dalam pemerintahan yang efektif.
Jika kontribusi di atas maksudnya elektabilitas atau "logistik", AHY lebih unggul ketimbang Aher.Â
AHY punya elektabilitas mengacu pada sejumlah lembaga survei, meskipun kecil persentasenya. Tapi, Aher malah tidak masuk radar lembaga survei, seperti yang dilakukan Litbang Kompas.
Soal membantu memperkuat stabilitas koalisi, peluang AHY dan Aher bisa dikatakan fifty-fifty.
Terakhir, soal membantu pemerintahan yang efektif (bila nantinya memenangi pilpres), Aher justru lebih unggul karena itu tadi, pengalaman 2 kali jadi gubernur.
Sementara itu, AHY baru berpengalaman di dunia militer. Pernah jadi calon gubernur DKI Jakarta, tapi langsung kalah pada putaran pertama.
Sekadar menebak-nebak saja, dalam hati Anies, jika hanya pilihannya AHY atau Aher, mungkin sedikit condong kepada AHY.
Tapi, PKS tak bisa diabaikan Anies karena sering pasang badan saat Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta.Â
Dulu PKS cukup nyaring meng-counter kritik terhadap kebijakan Anies. Padahal, PKS gagal dapat kursi wagub yang ditinggalkan Sandiaga Uno.