Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik yang cukup berhasil dalam menggalang kader-kader yang loyal.
Munculnya partai baru pecahan PKS, yakni Partai Gelora yang dikomandani Anis Matta, tidak membuat PKS goyang.
Selain Anis Matta, PKS juga kehilangan "vokalis" Fahri Hamzah yang bersama Anis Matta mendirikan Partai Gelora.
Meskipun PKS tidak punya sosok yang bagus elektabilitasnya untuk bertarung pada Pilpres 2024 mendatang, bukan berarti partai ini dipandang dengan sebelah mata oleh partai lain.
Banyaknya pemilih PKS yang berasal dari kalangan Islam terdidik di perkotaan, membuat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kesengsem dengan PKS.
Bukankah jika PKB yang kuat di masyarakat pedesaan berbasis keluarga dengan latar belakang Nahdlatul Ulama (NU), akan saling melengkapi bila bekerjasama dengan PKS?
Memang, sebelum PKB menjalin koalisi dengan Partai Gerindra, sudah sempat menjajaki kerjasama dengan PKS.
Namun, perkembangannya kemudian, PKS lebih dekat dengan Partai Nasdem, karena sama-sama menginginkan mengusung Anies Baswedan sebagai capres.
Masalah muncul setelah alotnya pembahasan siapa yang akan jadi cawapres pendamping Anies.
Surya Paloh yang menjadi Ketua Umum Nasdem menginginkan pada 10 November 2022 mendatang sudah ada penetapan dan sekaligus deklarasi pasangan capres dari koalisi Nasdem-Demokrat-PKS.
Tapi, diduga tidak gampang tercapai kesepakatan di antara 3 partai di atas dalam menentukan cawapres.
Demokrat jelas sudah kebelet menjadikan ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai "co-pilot"-nya Anies.
Namun, mungkin di mata Nasdem dan PKS, AHY masih "anak kemarin sore" dalam dunia politik.
Beberapa pengamat meyakini jika Anies dipasangkan dengan Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur), akan lebih nendang.
PKS relatif kuat di DKI Jakarta dan Jawa Barat akan dibantu oleh Khofifah untuk menggaet suara dari Jawa Timur.
Masalahnya, Khofifah adalah kader PKB, di mana PKB sendiri sudah berkoar-koar menyorongkan ketua umumnya Muhaimain Iskandar sebagai capres.
Muhaimin sendiri mungkin akan bersikap realisitis. Gagal jadi capres, jadi cawapresnya Prabowo melalui koalisi Gerindra-PKB sudah lumayan.Â
Mungkin melihat PKS masih bimbang dengan Nasdem dan Demokrat, Muhaimin kembali "merayu" PKS untuk bergabung bersama PKB dan Gerindra.
Tapi, seperti diberitakan Kompas.com (23/10/2022), PKS menjawab ajakan Cak Imin (panggilan akrab Muhaimin) dengan taktis.
PKS mengatakan bahwa ingin menuntaskan komunikasi dengan Nasdem dan Demokrat terlebih dahulu.
Namun demikian, PKS merasa terhormat mendapat tawaran dari PKB dan tidak menutup kemungkinan untuk bekerjasama.
Politik memang sangat dinamis, asal ada kesamaan kepentingan, kerjasama akan terjalin dengan baik.
Kita tunggu saja, ke mana PKS berlabuh, tetap bersama Nasem dan Demokrat atau berpaling ke PKB dan Gerindra?
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H