Begitu ada pemain yang tergeletak di lapangan, reporter televisi yang memandu siaran langsung pertandingan sepak bola mengatakan sesuatu.
Ia menyampaikan pengalamannya yang pernah terjatuh saat berolahraga yang membuat kakinya keseleo. Katanya, ia menanggung sakit selama beberapa hari.Â
Untung saja ada seorang teman yang memberitahunya agar kalau lagi seperti itu, akan lebih cepat sembuhnya dengan mengoleskan krim merek tertentu.
Bersamaan dengan itu, di sudut layar kaca muncul gambar krim yang dimaksud oleh si reporter.
Jelaslah, si reporter televisi itu lagi mengiklankan produk krim, tapi dikemas dengan gaya soft selling.
Soft selling adalah promosi yang dilakukan secara tersamar dengan menggunakan bahasa atau teknik yang halus.Â
Iklan murni terkesan lebih agresif dengan mengklaim produknya sebagai produk nomor satu dan menyeru orang banyak untuk membelinya.
Namun, soft selling tidak seperti itu. Tidak ada seruan belilah produk ini atau produk itu sekarang juga.
Ada banyak cara soft selling. Biasanya, dibungkus dengan kegiatan pelayanan masyarakat atau dalam bentuk tanggung jawab sosial suatu perusahaan (corporate social responsibility).
Bisa pula dalam bentuk sisipan dalam siaran televisi atau film layar lebar, atau advis dari seorang pakar atau motivator dalam acara talkshow.