Kebetulan, pada Kamis (6/10/2022) yang lalu, saya mengunjungi seorang senior saya waktu masih pada tahap awal merintis karier di sebuah BUMN pada akhir dekade 1980-an.
Sekarang, senior tersebut, panggil saja namanya Pak Gito, lagi terbaring menderita sakit stroke di rumahnya di Bogor.Â
Beberapa hari sebelumnya, Pak Gito dirawat di sebuah rumah sakit di Bogor, namun sekarang pengobatannya boleh rawat jalan.
Saya berkunjung bersama beberapa teman, semuanya mantan anak buah beliau. Dulu, saat Pak Gito sudah menjadi kepala bagian, saya dan teman lain menjadi staf di bagian itu.
Ringkas cerita, sekitar jam 11 siang  kami sampai di rumah Pak Gito dan disambut oleh istri beliau. Pak Gito sendiri terbaring di tempat tidur di pojok ruang keluarga.
Tapi, ketika kami datang, beliau tidak tertidur, hanya posisi tubuhnya yang berbaring. Satu per satu kami merunduk agar bisa menyalami Pak Gito.
Terlihat ekspresi gembira di wajah Pak Gito ketika kami menyalami. Hanya saja, beliau seperti ingin menyebut nama masing-masing kami, tapi mungkin beliau lupa nama-nama kami.
Barulah ketika saya menyebutkan nama saya sendiri, beliau ngomong dengan suara pelan dan artikulasinya kurang jelas. Tapi, intinya beliau ingat setelah kami menyebut nama masing-masing.
Pak Gito terkesan ingin  sekali terlibat dalam pembicaraan, tapi karena ucapannya terbata-bata, beliau lebih banyak jadi pendengar saat sesama kami ngobrol atau saat kami bertanya pada istri beliau.
Dugaan saya, beliau mengerti apa yang kami bicarakan, hanya saja beliau mengalami kesulitan bila ingin menanggapi melalui kata-kata.
Namun, kami gembira, dari ekspresi wajahnya Pak Gito terlihat senang dengan kedatangan kami. Tatapan matanya juga sudah "berbicara".