BRI dan BNI sudah lebih awal melakukan spin off, di mana UUS BRI menjadi BRI Syariah dan UUS BNI menjadi BNI Syariah.
Sedangkan Bank Mandiri mengkonversi Bank Susila Bakti yang awalnya merupakan anak perusahaan dari Bank Dagang Negara (BDN), menjadi Bank Syariah Mandiri (BSM).
BDN merupakan salah satu dari 4 bank BUMN yang melakukan merger menjadi Bank Mandiri pada tahun 1998.Â
Bank lainnya yang sekarang melebur menjadi Bank Mandiri adalah Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia.
Nah, pada perkembangan berikutnya, Â atas inisiatif Erick Thohir sebagai Menteri BUMN, tiga bank syariah (BSM, BRI Syariah, BNI Syariah) bergabung menjadi BSI.
Kembali ke UUS BTN, memang ada 2 pilihan, yakni dengan mendirikan bank baru, katakanlah namanya BTN Syariah yang terpisah dari BTN, atau bergabung ke BSI.Â
Namun, manajemen BTN sudah memutuskan untuk melepaskan UUS-nya ke BSI yang direncanakan akan terlaksana paling lambat Juli 2023 (Republika.co.id, 19/10/2022).
Aset UUS BTN pada akhir kuartal pertama 2022 tercatat sebesar Rp 37,3 triliun. Tentu, dengan diserahkannya UUS BTN kepada BSI, BSI semakin gemuk dengan aset lebih dari Rp 300 trilun.
Dengan aset demikian besar, BSI akan berada di posisi ke 6 atau ke 7 di antara semua bank (baik bank konvensional maupun syariah) di tanah air.
Tapi, bukan soal besar aset sebetulnya yang terpenting, melainkan BSI harus mampu menjawab tantangan untuk menjadi yang terdepan sebagai akselerator pertumbuhan perbankan syariah.
Hal itu juga berarti semakin banyak masyarakat yang terlayani dan sekaligus semakin besar berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.