Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

ASI dan MPASI untuk Cucu Tercinta, Bukan Susu Formula

8 Oktober 2022   07:56 Diperbarui: 8 Oktober 2022   08:01 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya punya seorang cucu yang sekarang sudah berusia 9 bulan. Bagi yang punya cucu, tentu bisa membayangkan bahwa punya cucu itu adalah "sesuatu" banget.

Ya, cucu adalah sesuatu yang menggembirakan, membahagiakan, bahkan bagi saya sering pula menjadi sumber inspirasi.

Tapi, karena saya pernah punya anak (ya iyalah, kalau gak punya anak gak mungkin punya cucu), saya tahu bahwa begitu seorang anak sudah agak besar, bisa jadi akan merepotkan orang tua.

Maksudnya, adakalanya si anak berani tidak mematuhi kata-kata orangtua dan larut bermain bersama teman-teman sebaya.

Maka, sekarang banyak orang yang menyadari betapa pentingnya ilmu tentang parenting, bagaimana mengasuh anak yang baik.

Hanya saja, seperti yang saya alami, ilmu parenting bisa saya dapatkan dari berbagai sumber, termasuk parenting berdasarkan tuntutan agama.

Masalahnya, menerapkannya sehari-hari tidak segampang mendapatkan ilmunya. Terkadang, secara tidak sadar emosi saya meluap.

Kembali ke soal cucu, selagi masih usia bayi, satu hal yang sangat penting adalah menyangkut makanannya yang menjadi faktor penentu tumbuh kembangnya secara sehat.

Ternyata, apa yang dialami cucu saya sekarang, relatif lebih baik dari yang dialami 3 orang anak saya dulunya (kebetulan ketiga anak saya lahir di dekade 1990-an).

Meskipun ketika itu saya dan istri rajin mengontrol kesehatan bayi ke dokter anak, termasuk untuk keperluan imunisasi, tapi sejak usia 6 bulan, anak-anak saya sudah "berkenalan" dengan susu formula.

Ketika itu, dokter juga tidak begitu ketat mengkampanyekan jangan menggunakan susu formula. Justru, ada brosur iklan susu di ruang tunggu dokter.

Lagi pula, istri saya yang seorang guru, ketika masa cuti melahirkan sudah habis, tentu harus mulai aktif mengajar.

Saat itu ruang laktasi belum lazim disediakan di kantor atau di sekolah. Jadi, ibu yang punya bayi kesulitan untuk menampung air susu ibu (ASI) ketika sedang bekerja.

Nah, kondisi sekarang berbeda jauh. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya sering mengingatkan akan begitu pentingnya ASI.

Alhamdulillah, hingga sekarang si cucu belum tersentuh susu formula. Kedua orang tuanya (putra dan menantu saya) memberi perhatian besar soal ASI.

Meskipun menantu saya sudah kembali bekerja di kantor, ia beruntung karena kami tinggal relatif berdekatan. 

Sehingga, sekitar jam 10 pagi, putra saya dan menantu datang ke rumah saya untuk mengantar cucu dan baru menjemputnya lagi sekitar jam 7-8 malam.

Saya dan istri pun merasa beruntung, sama sekali tidak merasa dibebani. Soalnya, kehadiran cucu merupakan "hiburan" terbaik bagi kami yang sudah memasuki masa pensiun.

Jadi, saya tahu bahwa selama 6 bulan pertama, cucu saya masih dapat full ASI. Hal ini disebut sebagai ASI eksklusif, tanpa makanan pendamping dan tanpa minuman lain, termasuk air putih.

Lalu, setelah 6 bulan, ASI bisa ditambah dengan makanan pendamping ASI (MPASI). Menantu saya sangat rajin membawakan MPASI, sedangkan stok ASI lumayan banyak tersimpan di freezer di rumah saya.

Begitu si cucu mau diberi makanan, istri saya tinggal memanaskan saja sebentar. Manfaat ASI eksklusif bagi bayi sangatlah banyak, tak perlu lagi saya uraikan di sini.

Manfaat tersebut tidak hanya untuk perkembangan dan kesehatan bayi, tapi juga bermanfaat banyak bagi ibu yang menyusui.

Sekarang, kondisi di dunia kerja juga semakin nyaman bagi ibu yang punya bayi. Di kantor-kantor, disediakan ruang laktasi yang memadai.

Informasi tentang MPASI yang baik pun bertebaran di media, selain yang berasal dari penjelasan dokter. Sehingga, membuat sendiri MPASI ataupun membeli, gampang dilakukan.

Menantu saya memilih untuk menyiapkan MPASI dengan dibuat sendiri, yang menurut saya lebih terjamin kualitasnya.

Harapan saya, tentu saja agar cucu tercinta bisa sehat selalu dan mengalami tumbuh kembang yang baik sesuai dengan pertambahan usianya.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun