Tentang PSSI, anak saya mengatakan seharusnya Iwan Bule sebagai ketua umum meletakkan jabatannya, sebagai bentuk rasa tanggung jawab moral.
Pendapat itupun tidak masalah buat saya, meskipun budaya mundur bagi pejabat kita, sangat jarang terlihat. Mundur atau tidak, biar menjadi keputusan Iwan Bule dari hasil perenungannya, bukan karena tekanan publik.
Namun, ada satu pendapat ekstrim anak saya yang saya betul-betul tidak setuju. Kata anak saya, jadikan pertandingan sepak bola sebagai hal yang terlarang selamanya di Indonesia.
Selamanya? Mana tahan, saya yakin sepak bola di Indonesia tak kan pernah mati. Bahwa dalam setiap pertandingan, perlu perbaikan protokol pengamanan, jelas sangat dibutuhkan.
Begini saja, menurut saya, semua stakeholder sepak bola nasional agar mematuhi instruksi Presiden Joko Widodo, yakni menghentikan liga untuk sementara. Saya ingin menggarisbawahi kata "sementara".
Kapan liga sebaiknya bergulir lagi? Setelah tim investigasi selesai bekerja, dan setelah evaluasi menyeluruh tuntas dilakukan oleh pihak-pihak yang berkompeten.
Dan yang lebih penting, setelah ada langkah perbaikan secara prosedur dan prasarana demi keamanan setiap diadakan pertandingan sepak bola di tanah air.
Sekarang kita masih berduka, maka komentar pun sebaiknya lebih banyak berbau simpati dan doa bagi korban dan keluarga yang ditinggalkannya.
Kecaman dan hujatan serta menebar ancaman bahwa Indonesia akan dihukum berat FIFA, boleh-boleh saja. Bahkan, ada yang seperti sudah memastikan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Sejauh ini komentar FIFA, AFC, dan klub-klub besar dunia, semuanya bernada ungkapan dukacita. Bahwa FIFA akan menjatuhkan sanksi, sangat mungkin akan terjadi.
Tapi, akan lebih bijak jika kita berdoa, sanksinya bersifat mendidik dan tetap memberi kesempatan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun depan, tentu dengan sejumlah catatan.